*ini tulisan lama yang baru sempat saya post kemari*
25 November, sohibku
terlahir delapan belas tahun yang lalu. Kami adalah sahabat dekat sejak
hitunglah semester keempat di sekolah menengah atas. Yah, meskipun tiga
semester sebelumnya kami berada di kelas
yang sama, keadaannya berbeda. Kedekatan kami semakin intens sejak mendekati
ujian, cerita demi cerita mengalir begitu saja, sengaja maupun tanpa sengaja.
Kami seperti dua orang yang awalnya sama sekali tidak saling mengenal, yang
tiba-tiba menjadi tong sampah masing-masing hanya karena sebuah sepeda onthel.
Aku dan dia duduk bersama di satu sepeda, menelusuri jalan dari sekolah ke
asrama, karena suatu dan lain hal.
Cukup prolognya,
kembali ke BirthdaySurprise. Hari ini, 25 November, seperti yang kujelaskan
diatas, adalah ulang tahunnya yang kedelapan belas. Seperti sebelumnya, sejak
berhari-hari yang lalu tentunya kami telah berencana untuk membuat rencana demi
memberikan kejutan kecil untuknya. Tapi apalah daya, rencana hanya akan menjadi
rencana jika tak pernah disinggung lagi. Pada akhirnya kami sama sekali belum
merencanakan apa pun hingga tadi siang Ekki menyinggung dengan kalimat “Hari
ini George ultah, kasih apa niih?”. Itu pertanyaan yang sangat ‘dalem’ sobat. Aku memang ingat, dari
semalam sepulang Makrab sekitar pukul 23.47, setelah aku menyelesaikan semua
ritual sebelum tidurku aku sudah berencana mengirimkan pesan singkat untuknya.
Dan rencana tetaplah rencana. Aku terlelap sebelum sempat mengetikkan apa-apa.
Dan supernya lagi, hari
ini Abang tidak standby dirumah. Ia mengikuti
outbond sejak pagi hingga sore. Di
dalam kalimat diatas terkandung maksud, “Aku ga mungkin ke kosan George kalo ga
sama Abang, sementara Ekki boncengan ama Lidya, atau sebaliknya Lidya juga ga
mungkin ikutan kalo aku ama Ekki. Akan tetap ada yang dikorbankan”. Akhirnya
dengan bermodal nekat, aku menjanjukan diri untuk membujuk Abngang supaya
bersedia menemaniku membeli kue setelah ia mengikuti outbond. Dan voilla,
(tentu saja) ia setuju!
Sore tadi sekitar jam
setengah lima, Abang langsung menyuruhku bersiap-siap. Sama sekali tanpa sempat
memasukkan motornya kedalam pagar kosanku, kami langsung ‘cabut’ ke bakery. Hanya ada dua jenis kue disana
yang ukuran dan harganya sesuai dengan kantong kami. Keduanya berdiameter
sekitar 20 cm, bedanya satu berlapis krim coklat dan yang lain krim stoberi
yang tentu saja berwarna merah jambu. Ngejek
banget kalo kami memberikan kue pink itu
pada George. Hahaha.
Begitulah awal mula
perjalanan BirthdaySurprise hari ini. Cerita ini berlanjut malam harinya,
ketika semua rencana utama dimulai. Ba’da Maghrib kami berempat langsung jalan
ke kosan George. Manis bukan? Cerita sebelumnya kami mengatur cerita agar kami
bisa mengucapkan selamat ulang tahun pada Ekki yang baru bangun tidur. Kali ini
kami berencana mengucapkannya pada George yang tidak tahu apa-apa dengan
pengorbanan kami jauh-jauh dari Madang ke Bukit, demi dia J
Tapi semua berubah
sejak Negara Api menyerang! Tak lama setelah kami memarkir motor di sepan
kosannya, ketika aku dan Lidya turun dari motor dan brsembunyi di balik pagar
untuk membuka kotak kue dan memasang lilin tiba-tiba George keluar dari dalam
kosan bersama dua temannya. Ini kejutan ulang tahun terkonyol yang pernah
kusaksikan seumur hidup, dengan aku sebagai tokohnya. Rusak semua rencana kami
karena sang tokoh utama, George, dengan wajah tanpa dosa muncul dari dalam (it was one of the awkward moment tonight).
Selanjutnya George meminta kedua temannya pergi duluan dan menemani kami.
Lucunya lagi, George memasang lilin untuk kue ulang tahunnya sendiri! Sudahlah,
salahnya sendiri tiba-tiba muncul sebelum dipanggil K
Okesip, sekarang kuenya
siap. Tapi apalah artinya sebuah kejutan tanpa orang yang akan diberi. Akhirnya
kami memaksa George masuk kembali ke kamarnya lalu berpura-pura tidak tahu
apa-apa (another awkward moment). Setelah itu kami berempat berpura-pura
mengendap-endap lalu secara tiba-tiba menyanyikan lagu Happy Birthday dalam
bahasa Korea, Negara kesukaan pujaannya. Seketika kami berlima larut dalam tawa
geli melihat ekspresi ga banget George
yang pura-pura syok. Malam ini sangat membekas, setidaknya untukku.
Lilin ditiup, api mati,
aku langsung menyambar ceri pertama. Abang berikutnya, dst. aku tidak terlalu
memperhatikan karena asyik memasukkan krim yang dioleskan di sekujur kue
kedalam mulutktu, yang kuingat Lidya memakan ceri terakhir sebelum kami berfoto
dengan kue yang gersang tanpa merah-merah lagi. Hahaha. Suapan kue pertama
ditujukan pada pujaannya, cinta sebelah tangannya, diabadikan dalam foto George
menyuapi angin kosong. Hahaha. Kasihan. Suapan kedua jatuh pada… aku! Katanya
itu untuk teman curhatnya. Manis sekali, tentu saja karena itu aku. Ketika ia
menyuapiku, tentu saja aku mau difoto, Lidya bergerak dan ternyata hasilnya
tidak pas sementara kue sudah masuk dalam mulutku. Maaf, aku sedang beruntung.
Haha. Hal ini membuatku dapat potongan selanjutnya, lagi. Suapan ketiga jatuh
kemulutku lagi, yummy. Untungnya
hasil foto Lidya bagus, kalau tidak, aku (dengan senang hati) akan menghabiskan
sepotong besar kue itu. Hahahaha. Potongan-potongan lainnya satu per satu masuk
kedalam perut kami berlima, melalui mulut tentu saja.
Kue kali ini terasa
lebih enak disbanding kue sebelumnya, padahal keduanya kami beli di bakery yang sama. Mungkin karena ketika
malam hari kami sangat lapar dan di pagi hari mulut kami yang belum sikat gigi
itu belum siap menerima potongan kue yan terlampau manis. Ah, siapa peduli.
Yang penting makan! Sisa malam itu kami lanjutkan dengan bernostalgia hingga
jam tangan sudah hampir mengarah ke jam sembilan.
By
the way, selamat ulang tahun sobat! Semoga semua semoga yang
terucap hari ini tak hanya sekadar menjadi semoga. Aamiin… You’re one of a kind, Bro. satu dari sekian orang yang beruntung
bisa ditempatkan dalam lingkaran sahabatku J
Tidak ada komentar:
Posting Komentar