Aku adalah seorang
gadis yang suka namun tak pernah mampu tampil cantik. Ketika gadis-gadis
seusiaku memanjangkan rambutnya untuk kemudian dikuncir lucu, aku malah
memangkasnya sependek yang aku bisa. Potongan pendek seleher membuatku merasa
keren, sekaligus cantik dengan gayaku. Aku bukan tipe perempuan yang bisa
disukai pada pandangan pertama, kebanyakan lelaki memandang gayaku sangat tidak
feminin sehingga tak mungkin terbersit keinginan berhubungan lebih lanjut
denganku. Ketika teman-teman sekelasku sibuk berganti-ganti pacar, aku masih
tetap sendirian. Sambil memendam rasa yang tumbuh kian subur di hatiku, rasa
untuk sahabat karibku.
Aku menyukainya sejak
lama. Sejak aku dan dia memulai persahabatan dari permusuhan kami, atau yang
bisa disebut permusuhan sepihak yang kudeklarasikan sendiri. Seiring
perhsahabatan kami kian melekat, ia mulai menjadikanku sebagai konselor
sebayanya, sedikit demi sedikit mengurai perasaan yang lama disimpannya, untuk
temanku, bukan aku.
Aku selalu suka ketika
ia menyelamatkanku dari stalker sialan
yang entah kenapa bisa-bisanya menyukaiku. Aku selalu suka ketika ia
menggenggam tanganku dan berlagak seolah aku kekasihnya, meskipun itu hanya
dilakukan agar si stalker sialan
berhenti membuntutiku. Aku selalu suka berjalan beriringan dengannya saat
pulang sekolah, alangkah aku bahagia setiap kali Mama tidak datang menjemputku.
Saat itu aku merasa, ialah cinta pertamaku, meski akhirnya aku dan dia tak
pernah menyatu.
-bersambung-
Tidak ada komentar:
Posting Komentar