Rabu, 23 Agustus 2017

Mengunjungi Kopi Pulang

Aku memasuki kedai kopi ini dengan penuh rasa ingin tahu. Tempat kecil ini telah menjadi bahan perbincangan hangat di kota Palembang, terutama dalam kalangan penikmat kopi dan sepi.  Selama ini aku hanya memperhatikan pintu kayu dibingkai dua jendela kaca dari luar di tengah kemacetan simpang Sekip. Aku berharap cukup banyak pada bagian dalam kedai ini, meskipun aku bukan termasuk penggemar kopi.

Hari itu aku pergi bersama teman-temanku, dua lelaki penikmat kafein harian dan seorang gadis yang terpaksa ikut meski ia bahkan tak kuat menghirup aroma kopi. Ketika aku mendorong daun pintu kayu tersebut, bau kafein yang menyengat segera menyeruak masuk menggelitik saraf-saraf olfaktoriku. Ini adalah pengalaman yang menarik, oleh karenanya aku ingin kembali lagi ke tempat ini, menghirup segelas kopi unik atau menikmati cokelat favoritku, bersamamu. Ya, kamu yang saat ini belum hadir dalam kehidupanku.



Look at the view, the proportion.
Ain't that symmetrical position excite you?
Imagine if we sit there face to face.
While sipping our coffee,
Or reading our own books in tranquility,
Or casually whispering our story so that other customer can't hear us,
Or just intently looking at each other.
Oh, I really want to go there with you.
(To the one which hasn't come to me yet.)

-ditulis seminggu setelah mengunjungi Kopi Pulang, Palembang-