Rabu, 27 Juni 2018

Hujan, Selimut, dan Kamu

Pagi ini aku masih berkemul. Hangatnya dekapan selimut membuatku makin enggan meninggalkan tempat tidur. Rintik hujan yang perlahan dan stabil masih terdengar di luar jendela. Gelapnya langit dan basahnya tetumbuhan melengkapi simfoni manis hujan di bulan Juni.

Seketika aku berpikir tentang bagaimana menatap wajah mengantukmu yang berusaha mengucapkan selamat pagi membuatku tersenyum. Aku tahu, kau tak kalah lelahnya dariku. Untung saja ini hari libur, kau tak perlu segera bersibuk ke kantor dan aku tak perlu bergegas menyiapkan mandi air hangat dan sarapan untukmu. Sesekali bolehlah kita bermanja barang sebentar.

Rutinitas harian kita mungkin terkadang menjemukan. Apalagi ketika aku harus pulang pagi dari shift malam yang melelahkan tanpa sempat mendapat kecupan di kening sebelum kau berangkat kerja. Sesampai rumah kuhanya disambut oleh lantai yang dingin. Menyiapkan air hangat untukku sendiri mungkin tak semenyenangkan menghangatkannya untukmu.

Mungkin semalam kita bercerita. Panjang sekali mengenai hariku dan harimu yang sibuk. Pekerjaan yang berbeda membuat kita tak pernah bosan saling berbagi. Kisahku selalu membuatmu tercengang, mendengar tentang seorang calon ibu yang baru saja bertahan hidup dari kecelakaan besar atau anak kecil yang berusaha dibakar ibunya, kau tak bisa menahan rahang bawahmu terbuka lemas. Ah, betapa aku sungguh mencintaimu dan reaksi berlebihanmu. Sementara aku hanya mengangguk semu mendengar tentang kamu dan rekan kerjamu berusaha menyelamatkan proyek yang kalian usahakan sejak berbulan lalu, dan bertepuk pelan saat dengan bangganya kau menepuk dada memberikan apresiasi pada dirimu setelah memenangkannya.

Kau tahu? Dinginnya pagi ini membuatku banyak berimajinasi. Tentang hujan, selimut, dan kamu. Kamu yang masih belum kutemui. Kamu yang kudo'akan dari sini di setiap akhir sholatku. Kamu yang semoga saja disana sedang mendo'akanku. Sembari diiringi derai hujan, ketika para malaikat turun untuk memeluk do'a-do'a kita.

(Rumah, 28 Juni 2018 ketika matahari belum mampu menembus awan)

Selasa, 26 Juni 2018

Seperti

Seperti gelap yang siap mendekap.
Seperti malam yang tak ingin menjadi kelam.
Seperti kita yang sedang menatap senja.
Seperti gemerisik dedaunan dan suara jangkrik menemani lamunan.
Sementara.
Beberapa saat saja.
Lalu ia lenyap.
Berganti senyap.