Jumat, 30 November 2012

Hatiku Tertambat di Sahabatku - 1


Aku adalah seorang gadis yang suka namun tak pernah mampu tampil cantik. Ketika gadis-gadis seusiaku memanjangkan rambutnya untuk kemudian dikuncir lucu, aku malah memangkasnya sependek yang aku bisa. Potongan pendek seleher membuatku merasa keren, sekaligus cantik dengan gayaku. Aku bukan tipe perempuan yang bisa disukai pada pandangan pertama, kebanyakan lelaki memandang gayaku sangat tidak feminin sehingga tak mungkin terbersit keinginan berhubungan lebih lanjut denganku. Ketika teman-teman sekelasku sibuk berganti-ganti pacar, aku masih tetap sendirian. Sambil memendam rasa yang tumbuh kian subur di hatiku, rasa untuk sahabat karibku.
Aku menyukainya sejak lama. Sejak aku dan dia memulai persahabatan dari permusuhan kami, atau yang bisa disebut permusuhan sepihak yang kudeklarasikan sendiri. Seiring perhsahabatan kami kian melekat, ia mulai menjadikanku sebagai konselor sebayanya, sedikit demi sedikit mengurai perasaan yang lama disimpannya, untuk temanku, bukan aku.
Aku selalu suka ketika ia menyelamatkanku dari stalker sialan yang entah kenapa bisa-bisanya menyukaiku. Aku selalu suka ketika ia menggenggam tanganku dan berlagak seolah aku kekasihnya, meskipun itu hanya dilakukan agar si stalker sialan berhenti membuntutiku. Aku selalu suka berjalan beriringan dengannya saat pulang sekolah, alangkah aku bahagia setiap kali Mama tidak datang menjemputku. Saat itu aku merasa, ialah cinta pertamaku, meski akhirnya aku dan dia tak pernah menyatu.

-bersambung-

tamat

april-juli berlalu
mei-mei suram
januari tak kunjung ketemu


tiga itu kejam
dikuadratkan lebih sadis
satu satu menyayat hati
lima balon pecah beruntun
dor dor dor dor dor
macam bunyi pistol

bulan dan angka
hahahihi dalam benak
buat terbahak hingga tersedak

tiga kuadrat batin meledak
duarr duaarr
tak lagi pistol
mungkin macam bom atom
lalu ia lenyap

sedikit cerita tentang ia


Sepi menggerogoti malamku pelan-pelan. Serpihan kenangan terserak di segala penjuru, memaksaku tersadar. Aku tak akan bisa lupa, tak akan mampu hingga Tuhan dengan kuasaNya merampas ingatan itu dari lipatan cerebrum terdalam. Aku merintih lirih. Aku memang bersalah, sesungguhnya salah. Bukan dia yang dengan kejam merusak hidupku, tapi aku, aku yang bersalah. Aku yang dengan bodohnya membiarkan ia masuk. Ia yang bernama dosa.

Ia yang telah kubiarkan masuk itu sedikit demi sedikit mengoyak akalku.  Mencampakkanku dalam ceruk terdalam. Aku tak akan bisa mengulang masa lalu, segala yang telah terjadi tak dapat dielak lagi.

Ia menari sambil sesekali terbahak kecil bahagia. Aku merintih lirih. Tak mampu menahan tetesan air di sudut mataku. Kenangan akan ia terus menerus membayang dalam gulungan sepi. Tuhan, kumohon ampuni aku, hambaMu. Aku yang belum pernah bisa berhenti. Aku yang terus saja melukis dosa pada kanvas hidupku.

Ampuni aku dan semua janji semuku, Tuhan. Semua tinta hitam ini terus dan terus menetes, satu satu hingga tak mampu lagi kucari celah putih. Ah, aku terlalu memanjakan nafsuku. Terlalu. Aku sadar, Tuhan. Itu semakin membuatku sakit, sangat sakit. Karena aku tahu ia akan terus memaksa masuk dan aku tanpa sadar membiarkannya lolos tanpa perlawanan.

Aku terus menghindar, berlari sekuat tenaga. Tapi selalu ada kalanya aku lemah hingga ia dengan mudahnya menyalip, mencegat jalanku, melilitku. Lagi, lagi, dan lagi.

Amunisiku, tinta putihku, amalanku. Mungkin aku kurang banyak menuangkannya, hingga hitam yang terhampar belum mampu kubersihkan. Mungkin pula Engkau yang memerintahkanku belajar dari pengalamanku, menghapus yang hitam sedikit-sedikit.

Engkaulah Sang Maha. Engkaulah yang Maha Menerima Taubat bagi siapapun yang Kau kehendaki. Kumohon, dengan hanya mengharap keridhoan-Mu, terimalah  taubatku, Tuhan.

Guruh Bergemuruh

Guruh bergemuruh
Memecah keheningan
Merangkai simfoni hujan
Sepi terlenyapkan

Guruh bergemuruh
Tetes langit kian meluruh
Satu satu hingga beribu
Buat senja kelabu

Guruh bergemuruh
Mengetuk kasar hati tak peka
Coba membuka
Walau tak rela

Guruh bergemuruh
Membawa hati memanggil masa lalu
Mengusik kenangan yang terkubur
Membangunkan rasa yang tertidur

Guruh bergemuruh

Minggu, 25 November 2012

puisi gokil :p

barusan aku nonton Malam Minggu Miko - Episode Miranda (linknya http://www.youtube.com/watch?v=-7-N39cF4Ok&NR=1&feature=endscreen )
dan didalamnya ada puisi singkat yang keren, dipake ama si Miko (Raditya Dika) buat ngemodus Miranda, gebetan barunya.
Berikut puisinya (3.59-4.20)
ditengah sendunya malam
aku teringat parasmu
aku bercumbu pada kerinduanku ...
dalam video itu tampak jelas kalo puisi itu didapet Miko dari Pak Sanca, pembantunya. Hahahaha, konyol banget. Kayaknya si Miko memang ga punya bakat punya pacar deh :p

Rabu, 21 November 2012

Dream vs Reality

I dreamt of you again last nite. You, had been my guardian there, just released me from that evil monster.  Monster which is came to chase me with his polaroid camera. I don't ever want to know about what he's going to do. I just felt that insecure feeling. When I ran among my friends, he kept on chasing me. I don't even know how could you sit around my friend. I just wanted to go to your side, cause I always know, he wouldn't come if I be there with you.

This is just a repetition of that old scenario. You here is not the same with "you" in the past. Here, I'm afraid if you will ignore me, just like what you have done to me now in the reality. The real "you" in the real story were accepting me with his pleasure, held my hand and always kept me around his arm whether we didn't have any spesial relationship. But the real "you" and you are two different person. You, came around me, gave me some glorious words and acts, but now you are leaving me. Let me alone. Here.

Damnit! You always come to ruin my day!

Okay, it's not truly your fault. Not at all. This is mine. It's all because I love a wrong person in the wrong time and wrong places. How can i wrote wrong places? It's all because I didn;t love you when I just staying in a permanent place, I'm nomadent, so I love you in many wrong places.

Good. See, just because a little trigger about you, I can wrote all of this content out of the context. For your information, I started this post with my memory about my dream last night. Now you see, I've just tell a half story of us.

Why can't I be focus when I'm talking about you? Why? Please tell me.. Please help me.. Please, get me out from this stupidity! Please....

Selasa, 20 November 2012

Kumohon

kumohon
jangan pernah larang aku menyimpan rasa ini
sekadar sayang
sungguh tak lebih
aku tak pernah ingin kau tau
kalaupun kelak kau sadari ini
maafkan aku

aku dan kamu


aku dan kamu berdiri di sini
hening dan sepi
kita tak sama lagi
tak ada lagi


aku dan kamu tak akan menyatu
semua kenangan hanya akan jadi debu
hati pun membatu
 enyahkan semua pilu


aku dan kamu  akan begini selamanya
dulu dan kini berbeda
tak ada pengait rasa
sudahlah, sampai jumpa

Senin, 12 November 2012

rasa


Kepada : Sahabatku yang dalam dilema disudut Jawa Tengah

Rasa itu tidak tau malu kawan. Ia tak hanya datang ketika diundang dan pulang ketika diusir. Ia malah lebih sering hadir dalam ketidaksiapan kita. Datang begitu saja, merusak semua rangkaian cerita hidup. Seperti yang kau alami sekarang.
Biarlah, kadangkala sang rasa hanya menumpang singgah sebentar. Biarlah dia berhenti sekadar melepas penat. Cepat atau lambat ia akan pergi sendiri. Asal kau tak mencoba menahannya. Terima saja kehadirannya yang tanpa izin itu dan lepaskan ia dengan baik. Karena mencoba menghukumnya hanya akan menyakiti dirimu sendiri.
Rasa itu, kalau sendiri tak akan berasa perginya, tak akan ada yang tau.
Selama itu masih satu arah, dengan mudah bisa disembunyikan. Hanya kau dan Tuhan kita yang tau. Biarlah ini menjadi rahasia indah antara kau dan Dia.

selamat berusaha menata hati, sayangku :*
Dari : Sahabatmu di Kota Pempek

Minggu, 11 November 2012

dan lagi

lihatlah, sekarang pun masih kamu yang menjadi penyulut semangat menulisku.
meski kini tak melulu tentang kamu.

kamu, yang disana, yang bahagia :)

sadar menulis

Kepada : Saya yang sedang menulis

Menulis bukan sekadar merangkai kata. Menulis merupakan cara mengurai jiwa, merentangnya dalam huruf-huruf penuh balutan makna dan rasa. Menulis tidak dapat dilakukan begitu saja tanpa menyertakan hati di dalamnya.
Percayalah, hal ini nyata adanya.
Kalian yang tidak meletakkan hatinya dalam kata, mungkin merasa sebal membaca penuturanku ini. Santai saja, ini hanya opiniku. Menulis tanpa rasa hanya akan membuahkan tulisan hampa, tak berjiwa, tak berasa. Menulis tanpa rasa akan membuat jenuh penulisnya. Menulis sekadar memenuhi kewajiban, bukan karena dorongan hati.

Kawan, tolong ubahlah sudut pandang kalian. Nikmatilah tulisan, apa pun itu. Segala yang tau tulis, akan membawa kebaikan untukmu, jika kau memberinya jiwa. Juwa yang tulus, yang rela, yang penuh cinta.


*efek terlalu banyak menulis tulisan hampa (baca: laporan)*