Sabtu, 27 Desember 2014

Khitanan Massal Perdana

Kemarin (27/12) saya mendapatkan pengalaman pertama menghadiri sekaligus terlibat dalam Khitanan Massal. Kesempatan ini datang dari undangan Kak Agusdianto, senior SMA sekaligus di FK Unsri yang merupakan anggota BSMI yang diundang untuk membantu dalam kegiatan yang diadakan oleh YatimMandiri dan Pertamina di Lorong Perdamaian, Jalan M.P. Mangkunegara, Kenten.

Operator dalam khitanan ini adalah Kak Agus, Kak Engky, dan Kak Febi, mahasiswa post-co-ass yang masih menunggu waktu UKDI. Dan yang beruntung diajak menjadi asisten adalah Kak Taufan, Kak Dayat, Reska, Dinda, Yuli, dan saya sendiri. Sebenarnya kakak-kakak ini mengusahakan angkatan 2011 semua yang membantu, tapi sepertinya yang dihubungi banyak yang berhalangan sehingga jadi kami yang diajak, yah hitung-hitung sekaligus sebagai media pembelajaran bagi kami.

Meskipun di sini saya bukan menjadi Operator, alhamdulillah dalam waktu 4 jam tadi saya bisa mengetahui dasar-dasar teknik khitan (red: saya tidak bilang sirkumsisi karena kami memang tidak melakukan itu). Mulai dari teknik aseptik antiseptik, cek phimosis paraphimosis, anastesi blok dan subkutis, memasang klep jam 6 dan 12 sebelum menentukan batas glans, memotong preputium cara pancung, jahit pembuluh darah kecil, sampai jahitan 8, dan jam 6, 9, 12, 3. Selain itu saya juga menyaksikan cara memastikan jarak glans penis dan memasang klep di atasnya untuk mempercepat proses khitan tanpa sirkumsisi, serta cara merapikan kalau masih ada bagian yang belum terjahit dengan menambah pada jam 5 atau jam 7.

Luar biasa, pengalaman hari ini insyaallah akan selalu saya kenang. Beragam jenis pasien dan keluarganya membuat saya terbayang bagaimana nanti ketika saya turun ke daerah. Bagaimana hebohnya Gilang, pasien pertama kami yang menendang-nendang, menolak melihat, dan berteriak kesakitan sehingga merasa itu adalah salah saya karena seenaknya saja seorang amatir menginjeksikan anastesi subkutis lateralnya... Saat menangani Gilang, saya menjadi asisten 1 yang buta arah. Selain melakukan anastesi subkutis, saya hanya melakukan tindakan aseptik antiseptik, menyerahkan minor set ke Kak Agus.

Setelah Gilang, datanglah Rafi bersama kedua orang tuanya. Rafi sangat heboh meronta-ronta padahal di meja sebelahnya, Haikal (yang ditangani tim Kak Febi) diam saja bahkan tertawa-tawa ketika penisnya sedang dijahit. Kehebohan Rafi membuat dia batal dikhitan oleh tim kami, memberi kesempatan bagi orang tuanya untuk membujuk.

Selanjutnya meja operasi kami disejukkan oleh kalemnya Naban, pasien kedua dan yang paling tenang meski hanya ditemani ibunya. Bocah 9 tahun itu menyaksikan semua proses khitan tanpa menangis sedikit pun. Kali ini saya masih menjadi asisten 1, dan mulai melakukan teknik-teknik dasar. Anastesi blok, mulai dari pemilihan posisi (masih diarahkan oleh Kak Agus) hingga injeksi subkutis lateral kiri-kanan, aman. Saya juga membantu proses penjahitan, meski masih sering salah mengikat. Berkali-kali benang terlepas karena tidak tersimpul. Untungnya Naban sangat kooperatif sehingga saya bisa melaksanakan percobaan pertama saya dengan baik.

Namun sepertinya keberuntungan kami berhenti di Naban. Pasien ketiga kami, Marcel, agak sulit dibujuk. Sebenarnya anak ini sudah diantar ke meja kami ketika Rafi batal dikhitan, tapi rontaannya yang lebih sensasional membuat gilirannya ditunda. Ternyata dia jadi heboh begitu bukan hanya karena melihat teman-teman yang dikhitan sebelumnya menangis keras, tapi karena dia malu penisnya dilihat orang lain. Lucu ya, haha. Alhamdulillah akhirnya Marcel berhasil dikhitan, kali ini saya menjadi asisten 2 sehingga saya lebih menikmati interaksi bersama keluarganya. Saya juga menyaksikan betapa bersemangatnya Sang Ibu meyakinkan anak kelas 1 SD itu bahwa untuk jadi polisi harus disunat. Hehe.

Kiki, pasien terakhir yang saya tangani sebagai asisten 1, membuat saya hampir merasa menjadi operator. Sayangnya, setelah satu kali berhasil melakukan anastesi blok dengan lancar, pada kali ini sepertinya saya malah sudah memasukkan 0.1 cc larutan Lidocain kedalam pembuluh darah Kiki. Untung Kak Agus sadar dan meminta saya mengecek ulang dengan sedikit menyedot bagian yang saya tusuk, tampaklah cairan merah berdilusi dalam spuit 3 cc yg saya pegang. Saya ketakutan.. Melihat saya hampir blank, Kak Agus segera memberi instruksi untuk mencabut spuit pertama dan menggantinya dengan Lidocain baru. Dan alhamdulillah sebelumnya kami sudah memasukkan cukup banyak larutan tersebut dari ampul ke spuitnya sehingga tidak ada kepanikan yang berarti dalam kejadian ini.
Dibalik musibah selalu ada berkah, walaupun tadi pada percobaan pertama (Naban) saya sempat kesulitan dalam memasang simpul jahitan, alhamdulillah kali ini saya sudah mulai bisa merasakan 'feel' yang sering disebut-sebut oleh Sang Operator sekaligus Instruktur di tim kami, yaitu Kak Agusdianto. Dan alhamdulillah berhasil melakukan fase klep, pancung, hingga jahit pembuluh darah dan epitel di semua sisi dengan cukup baik. Tentu saja Kak Agus masih menetapkan batas glans sebelum diklep dan dipancung, memilihkan epitel dan posisi jahitan, juga menggantikan anastesi blok dan suntik lateral kanan.

Terimakasih banyak Kak, sudah mengajak saya turut serta dalam kegiatan bakti sosial ini. Pengalaman ini insyaallah akan terus saya kenang agar menjadi batu loncatan untuk menjadi lebih baik. Dan semoga adik-adik yang dikhitan hari ini tetap sehat tanpa ada komplikasi apapun. Aamiin..

Sabtu, 20 Desember 2014

Harusnya

harusnya kita diam saja
menikmati getar rasa dalam dada

harusnya kita diam saja
melirik dengan jarak sekian depa

harusnya kita diam saja
menyulam tawa dalam sepi yang ada

harusnya kita diam saja
bercerita lewat kata yang tak teraba mata

harusnya kita diam saja
biar hati kita saja yang berbicara

harusnya kita diam saja
agar doa-doa kita terpanjat penuh gelora

harusnya kita diam saja
agar perasaan kita tak ternoda bintik-bintik dosa

harusnya kita diam saja
supaya pada waktunya kita indah saling mencinta

(Ditulis saat hati terisi perasaan yang belum seharusnya dimiliki, padahal sesungguhnya ada Allah Sang Maha Membolak-balikkan Hati)

Sabtu, 29 November 2014

Mau Membangun

Persamaan adalah salah satu kekuatan kita. Kita berjalan perlahan ketika waktu belum mengizinkan sampai tiba saatnya kita bisa saling mengungkapkan. Kita tahu ada arti di setiap lirik mata, kita sama-sama mengerti. Tapi kita mencoba menahan hati agar tak saling menyakiti, sebelum waktunya. Ketika orang-orang mencinta lewat gestur dan dialog mesra, kita menengadah mengharap dipertemukan oleh-Nya. Kita berbagi cerita tanpa saling bertatap muka. Memberikan perhatian secukupnya karena memang belum saatnya kita mencinta, cukuplah mendamba. Semoga nanti kita tetap dipertemukan, ketika kita sudah terlalu mencintai Tuhan kita satu sama lain yang akan semakin menguatkan kasih dan iman kita. Mari membangun rasa dan bersabar. Jika Allah mengizinkan maka sejauh apa pun kita pasti akan dipertemukan dalam majelis yang lebih indah :)

(Shubuh tadi setelah membuka tulisan-tulisanku tentangmu di buku catatanku)

PS: Tulisan ini telah tertuang dalam tweet pada @tancha_dewangga tadi pagi

Thanks For .....

Thanks for being you
Thanks for being a beauty little girl
Thanks for loving him much more than i do
Thanks for giving him those presents that I can never afford
Thanks for joking so much with him
Thanks for telling me the truth about me
Thanks for making me know how much I ignored him for a long period
Thanks for taking him away from me
Thanks for making him love you this much
Thanks for giving me the best heartbreak ever
Thanks for making me realize the time to say goodbye and make a new hello
Thanks for being you

(For you, the one which wouldn't even like if your name going to be written in here, my second world)

Kamis, 27 November 2014

Tiba-Tiba

Ketika saya sedang berbaring mengenang cerita
Tiba-tiba guntur besar menggelegar
Lalu tiba-tiba angin kencang bertiup
Tanpa kusadari ternyata langit telah begitu kelam
Dan tiba-tiba hujan tumpah tanpa gerimis permisi
Tiba-tiba tercurah melimpah bernada riuh rendah
Memantul-mantul di atap
Mengetuk-ngetuk
Beberapa kali guruh susulan bergemuruh lagi
Setelahnya, jalan kecil itu sudah tergenang air coklat sematakaki

(ditulis di suatu senja kelam diiringi guyuran air langit yang mencekam)

Ketika Rasa

(Nasihat utk diri sendiri, sodara, sahabat dan temen2)

Ketika Rasa...

Ketika rasa untuk bertemu dengannya begitu bergejolak ...
Tetapi iman tetap mengatakan tidak untuk menemuinya karena dia bukan kekasih halalmu ...
Di situlah cinta Allah kepadamu mulai mekar ...
Ketika rasa untuk memilikinya semakin besar karena ketakutan dia akan dipersunting orang lain tapi kita belum siap datang melamar lalu kita menahan diri untuk tidak memberinya harapan yang tak jelas ...
Di situlah Allah semakin memelukmu dengan kasih sayang ...
Ketika dia yang begitu dipuja akhirnya mendapatkan pasangannya tapi sayang itu bukan engkau ...
Namun engkau tetap kuat dan yakin Allah akan memberimu pendamping terbaik ...
Di situlah Allah mendengar do’amu dan berjanji kepadamu untuk memberimu yang terbaik pada saatnya nanti ...

Semua rasa, semua cinta, dan semua kecewa jika Allah sandarannya, kau tak akan pernah kehilangan apapun. Kau justru akan semakin dekat dengan Nya dan Dia akan semakin ingin memberimu yang terbaik ...

Semua tergantung padamu, mau percaya pada janji Allah atau mau menuruti nafsu untuk mendapatkannya dengan jalan tak halal?
Setiap jalan adalah pilihan dan tentu setiap pilihan punya konsekuensi dunia dan akhirat yang berbeda ...

#copas_dari_setia_furqon_kholid
#G0011033

Rabu, 26 November 2014

Mencumbu Bisu

Kami menyulam rasa tanpa suara
Lirikan mata dan sungging tipis menjelma kata
Suatu kali mencoba bercerita
Kali lain bahkan segan memandang muka

Penasaran tak terelakkan
Apakah dia rasa yang kurasakan
Apakah kami bahkan dalam satu pengertian
Entah kutemukan jawabnya kapan

Sekarang saja aku bahagia
Hanya melihat dia di ujung sana
Kuraba senyumnya dengan picingan mata
Merasa-rasa benarkah adanya

Mari biarkan kisah ini berjalan
Tanpa ucapan tanpa ikatan
Biar hati kita yang punya jawaban
Hingga tiba waktunya terungkapkan

(Ditulis di pagi dingin berselimut sisa hujan November)

Angin dan Hujan (Tere Liye)

Angin dan hujan

Kenapa ada angin?
Agar orang-orang tahu kalau ada udara di sekitarnya..
Tiap detik kita menghirup udara, kadang lupa sedang bernafas..
Tiap detik kita berada dalam udara, lebih sering tidak menyadarinya.
Angin memberi kabar bagi para pemikir
Wahai, sungguh ada sesuatu di sekitar kita.

Kenapa ada hujan?
Agar orang-orang paham kalau ada langit di atas sana..
Tiap detik kita melintas di bawahnya, lebih sering mengeluh..
Tiap detik kita bernaung di bawahnya, lebih sering mengabaikan.
Hujan memberi kabar bagi para pujangga
Aduhai, sungguh ada yang menaungi di atas.
-Tere Liye

"Sungguh penciptaan langit dan bumi itu lebih besar dari penciptaan manusia, akan tetapi kebanyakan manusia tidak memahaminya." (QS. Ghafir: 57)

“Jika kamu menghitung nikmat Allah, niscaya kamu tidak akan sanggup menghitungnya. (QS. Ibrahim: 34)

Selasa, 25 November 2014

KataBertaut

Medan terjal berbatu
Medan licin berlumpur
Lembah yg membekukan aliran darah
Nafas yg menggumpal putih
Mie instan yg menghangatkan
Embun yang menyambut di pagi hari
Tanaman panjang umur yg menyapa dgn hijau raganya
Patahan ranting yang menyangga raga lelah bantu melangkah
Oh, ternyata ragaku pun meronta, inginkan seteguk air yg berasal dri mata air di shelter dua
Tubuh dataran rendah ini mulai megap, menggapai oksigen yang terasa kian pengap
Ditambah sepasang kaki manja yg sudah merengek, seakan jiwa sudah ingin berpisah dgn raga
Namun semua terbayar lunas ketika lempeng bertanda puncak itu tampak
Sontak langsung ku meraung, melepaskan semua beban yg ada
Kepala terdongak menatap langit yang seakan kian dekat
Oh Tuhan, kenapa baru sekarang aku sadar kalau langitmu sungguh tiada bernoda?
Kenapa begitu terlambat kusadari betapa kecilnya diriku di mata-Mu?
Ah sudahlah, tiada guna meratapi penyesalan itu. Aku sdh terlanjur terpukau dgn keindahan lain, sebuah nelangsa dgn warna biru di tengahnya
Betapa keindahan dunia itu merupakan anugerah-Mu, dan mataku yang mampu menyaksikannya ini adalah karunia-Mu

P.S: Entah bisa digolongkan puisi entah bukan, tulisan ini saya (baris genap) buat bergantian bersama Ihsan Rasyid Yuldi (baris ganjil) dengan inspirasi foto saya (nomor dua dari kanan) bersama kawan-kawan di tengah pendakian Gunung Dempo, Pagaralam, Januari 2013 silam yang ditemani hujan dan tanah basah.

Kamis, 06 November 2014

Masihkah Peduli?

Kau benar-benar mundur perlahan, tanpa bisa kurabarasakan. Kau mengisi harimu dengan dia yang kau bilang selalu ada. Aku tahu kau butuh seseorang yang selalu ada untukmu seperti aku dulu. Dan kau juga tahu aku tak bisa lagi seperti dulu. Kau berjalan bersamanya dengan perlahan tapi pasti. Satu demi satu kenyataan mulai terkuak kini. Ketika kau tak lagi menyapa lima, ketika angkamu mulai berubah aku tak sadar. Sekarang aku yang tolol ini baru tahu yang sesungguhnya. Apa yang terjadi saat aku berujar silakan pergi. Kau sungguhan pergi tanpa tendensi untuk kembali. Kau sungguhan mundur teratur. Kemudian tanpa sedikit pun kumerasa, kau sudah berbahagia bersama dia di sana.

Aku tahu, kau bisa jadi tidak bermaksud menutupinya. Aku saja yang waktu itu kurang peduli.

Lalu sekarang, apakah aku masih peduli? Saat kau menyingkap semuanya, saat kau menjadi jujur, saat kau ingin menunjukkan pada dunia bahwa kau baik-baik saja. Ya aku peduli.

Semoga peduliku detik ini adalah peduli yang baik. Syukurnya degup di organ dada kiriku tak sekencang minggu lalu. Tak lagi ia teraba menggelegak dari luar, hanya sekadar gelenyar-gelenyar pelan yang sedikit mengusik. Membisikkan kenyataan padaku, memaksaku tetap peduli pada angan yang waktu itu terlalu tinggi kugantungkan. Supaya aku tetap peduli.

Di tempat ini aku bercerita, menitipkan kisah-kisah dan doa-doa pada langit. Hanya saja pintaku akanmu tak tersangkut baik, di atas sana ia bergoyang-goyang disenggol angin bersama desaunya yang entah kenapa waktu itu sangat memekakkan telinga. Hingga tiba suatu detik angan itu melayang terbang menjauhiku yang masih berdiri memandang awang. Melambaikan tangan dengan ringan setelah merasa begitu lama diabaikan. Dan aku masih peduli.

Angan itu kini ditukar dengan asa lain, yang kugantungkan pada tempat lain yang lebih tinggi.  Kuantarkan ia ke atas pelan-pelan dan hati-hati. Kuikat dia di tepi langit agar Dia bisa selalu melihatnya, agar asaku kali ini tak menjadi sia-sia. Di sana kutitipkan juga doa untukmu agar diberikan yang terbaik untuk hidupmu kini dan nanti. Agar kau temukan bidadari surgamu di dunia tanpa perlu menggadaikan imanmu karena aku disini masih peduli.

Terimakasih.

Rabu, 05 November 2014

Surat Untuk Bumi

Selamat pagi, Bumi.

Subuh tadi aku disapa Debu, yang menggandeng Angin. Kau tahu foto? Gambar yang merekam kenyataan di masa lalu.

Sebelumnya Angin menunjukkan padaku bagian kecil foto itu, membuatku tak bisa menerka apa yang menjadi latar belakang. Entah kenapa aku merasa dibodohi ketika aku tahu akulah yang sebenarnya bodoh. Angin menjelma topan yang memporakporandakan pandanganku akanmu. Setelahnya, aku menyusun kepingan dusta yang ia serakkan diatasmu.

Aku tak menyangka serpih-serpih kenyataan menjadi mengerikan ketika kita tahu monumen apa yang menebarkan serpihan itu. Bangunan besar yang hanya kulihat kerikilnya saja. Aku tersenyum. Benar katanya bangunan itu seindah mawar, yang durinya menusukku tiap coba menyentuh.

Bumi, untuk apa dia menutupinya jika saat itu ia merengkuh Debu, aku tak akan peduli. Ketika ditutup lalu aku menyingkap tabir itu sendiri, kenyataan yang kuperoleh menusuk lebih tajam, lebih dalam.

Bumi, dalam diamku organ dalam dada kiriku berdenyut kencang. Aku bisa merasakan degupannya tanpa perlu menyentuh. Napasku jadi satu-satu.

Bumi, aku lelah menggapai Angin. Ia melulu berlalu dihadapanku tanpa menoleh, bercakap dengan Debu membentuk kabut putih yang makin mengaburkan pandanganku. Aku Langit yang harusnya bisa menyaksikan semua dari atas kini tak berdaya oleh kabut yang mereka ciptakan.

Bumi, bisakah kau melihatku? Karena pandanganku terhalang masa lalu. Mungkin kau bisa karena kamulah sang netral yang menikmati fenomena di atasmu.

Bumi, sambangi aku, sapa aku dengan uap asin lautanmu. Supaya aku bisa menggumpalkan awan jadi gelap dan menjelma rintik gerimis. Lalu guyuran hujan yang membasuh kabut itu dalam semalam. Agar esoknya aku pun bisa memandangimu dengan tersenyum lagi. Agar aku membiaskan biru yang cantik lagi. Agar aku bisa menikmati cokelatnya daratan, hijaunya hutan, birunya lautan, dan riuhnya perkotaan. Agar aku lupa kenapa mataku sempat terkaburkan.

Bumi, segera datangi aku, aku rindu.

Dari Langit

Selasa, 04 November 2014

Jangan Marah

Menikmati denyutan penuh semangat di dada kiri. Bernapas, hirup dari hidung, keluarkan pelan dari tenggorokan seperti melafalkan huruf 'kho' dengan bibir tetap tertutup. Tersenyumlah, sunggingkan bibir hingga otot pipi terangkat. Berdoalah dengan lembut, keluarkan smiling voice seperti yang diajarkan mbak-mbak announcer SPI FM.

Bernapas. Tersenyum. Nikmati. Sabar. Jangan marah :)

Muhasabah setelah nyeri

Ya Allah, terimakasih telah menjagaku, melindungiku, menghindarkan hambaMu yang lemah ini dari palung kehinaan. Engkau bangunkan aku dari angan-angan tak berkesudahan, Kau tampar aku dengan kenyataan yang selama ini aku abaikan. Engkaulah Sang Maha, yang tak akan pernah meninggalkan hambaMu meski aku sempat berada jauh dariMu :')

Nyeri

Saya mengaku maju
Saya bilang sudah
Saya mau menyerah
Berpasrah
Berserah

Tapi saya masih nyeri
Tapi dada masih sakit
Tapi kepalan masih tergenggam

Ya Rabb bukakan hatiku
Ya Hadii mudahkan jalanku
Ya Allah aku ingin menerima
Ya Tuhan aku ingin melepas

Aku ingin mencintaiMu sepenuhnya
Aku ingin menyerahkan hatiku padaMu
Aku tak ingin menggantungkan harapan terlalu tinggi pada makhlukMu
Aku ingin melepaskan emosi hanya dengan mengingatMu

Bismillah, kuusahakan ikhtiarku hanya untuk menggapai ridhoMu, meraih cintaMu. Aamiin :')

Senin, 03 November 2014

Ta'aruf

Baru saja tadi sore kami menerima materi Kajian Muslimah yang bertema "Yuk Kenalan dengan Ta'aruf". Eh, malamnya datang kabar ada seseorang mengajak berkenalan, bahagia tentunya. Ini adalah kesempatan menjalin silaturahmi dengan orang baru, pikirku.

Satu menit, lima menit, setengah jam, satu jam, dua jam, dia belum juga menampakkan keberadaannya. Aku masih menunggu.
Akankah ia memulai perkenalannya?
Ataukah aku harus berdewasa dengan memberi salam lebih dulu?
Tapi bukankah sebelumnya aku sudah pernah memulai percakapan? Meskipun itu menggunakan akun lain.

Pikiranku menggumamkan pertanyaan-pertanyaan retoris yang semua orang tahu apa jawabnya. Bagaimana seorang bijak penuh kasih menanggapinya adalah rahasia umum yang tak perlu lagi dipertanyakan. Hanya mungkin rasa ingin tahuku terlalu tinggi. Bisa jadi malam ini ia masih sibuk sehingga tak sempat menyapaku yang kurang kerjaan ditengah gulita. Aku tunggu sampai besok.

Aku tunggu sampai besok. Kalau setelah kuliah terakhir ia tidak muncul, aku akan menyapanya duluan. Untuk yang kedua kali. Supaya terjalin silaturahmi yang baik diantara kami. Karena aku tak pernah menyukai suasana dingin sebab salah paham. Siapa tahu kami bisa jadi sobat.

Semoga :)

Sabtu, 01 November 2014

Apa kabar langit? Masihkah ia biru?

Aku sungguh rindu biru yang membentang luas setiap kepalaku tertengadah. Disini tak mudah lagi menemukan biru itu, ditambah dengan fenomena asap putih di kota ini. Lebih dari sebulan sudah asap tersebut menghalangi pandangan. Jarak pandang menyempit, mata perih, nafas sesak, tenggorokan gatal, dan langit tak pernah lagi tampak biru. Biasanya juga tak biru sih, tapi mentari yang biasanya begitu terik hingga ketika mendongak maka kelopak matamu akan segera terpicing, merapat, melindungi dua bola yang sangat sensitif itu, kini tampak melemah, berwarna jingga menuju merah.

Tapi ternyata masih ada biru di seberang pulau ini. Biru yang indah menyejukkan. Biru yang sangat kurindukan.

P.S. Foto langit Bandung Barat, kiriman seorang kawan

Jumat, 31 Oktober 2014

Akhir Cerita Kami

Kalau ada yang perlu disebut “akhir” dari cerita kami, mungkin semalam kami telah benar-benar mendeklarasikannya.

Aku menulis ini tanpa iringan musik apa-apa, tidak seperti kebanyakan gadis yang terlampau gundah hingga satu lirik lagu saja mampu membuatnya meneteskan air mata sambil mengetik ceritanya. Aku menulis ini hanya ditemani desau kipas angin dan dua bungkus roti isi untuk sarapan.

Pertama aku akan mengenalkan pada kami pada kalian para pembaca. Aku adalah perempuan muda, mahasiswa, yang selalu bingung dengan apa yang aku rasakan. Dia adalah lelaki muda, mahasiswa, yang mudah tertawa dan baik hatinya. Tulisan ini akan menutup cerita yang pernah kami susun selama lima tahun, sejak kami masih sepasang junior di sekolah menengah atas hingga kini kami di tengah perjalanan kuliah tingkat tiga.

Aku akan bercerita dari sisiku. Sejak awal aku dekat dengannya, impresiku belum berubah. Dia masih humoris dan dia masih baik. Ia (kurasa) sangat mengayomiku, anak sulung, yang selalu merindukan posisi seorang kakak. Lima tahun lalu kami memulai cerita ini, dengan kejutan-kejutan manis darinya untukku yang jarang sekali menerima kejutan. Ia sedikit banyak merubah duniaku.

Menggandengku menuju dunia baru yang memberikan pengalaman-pengalaman yang tak akan kurasakan jika aku tak keluar dari duniaku. Aku benar-benar merasakan naik turun perasaan. Meskipun aku selalu mengaku sebagai perempuan tak berperasaan, tapi sesungguhnya aku sadar betul kalau perasaanku selalu terombang-ambing selama bersamanya. Aku merasakan setiap emosi yang biasa dirasakan oleh para remaja. Aku menikmati jalan kami.
Namun, seperti biasanya pula aku lebih sering mengacuhkan perasaanku, berusaha sok kuat sampai menyakitinya berkali-kali. Aku mengakhiri hubungan kami dengan akhir yang tak nyata yang dengan mudah bisa disambungnya kembali. Aku dan dia juga mengisi hati kami dengan figur-figur lain yang membuat kami saling menyakiti. Siklus kebodohan itu berlangsung terus sampai sekarang, ketika kami sudah hidup tanpa status dan hubungan jelas yang mengikat kami. Ketika kami sama-sama bebas namun terikat.

Aku tahu ia sudah lama dekat dengan gadis lain, tanpa adanya status, aku santai saja. Toh,  itu hidupnya. Tak pernah kucoba memikirkan sejauh apa kedekatan mereka, walau kadang alam bawah sadarku tetap berusaha menguak kenyataan yang ada. Dan aku melihat foto serta tulisan yang entah kenapa membuat dada kiriku nyeri, jantungku terasa berdetak lebih keras dari biasanya. Aku melihat foto itu lagi, dan lagi, mencari jejak lain yang akan membuat dadaku sakit lagi. Tapi rasa sakit itu seperti biasa hanya kusimpan sendiri. Kubungkus rapi-rapi agar tak ada yang mengetahui.

Lalu dua minggu kebelakang aku mulai bingung lagi, ternyata mulutku kadang tak kuat. Aku bercerita pada dua temanku tentang apa yang kurasa dan mereka bahagia. Entah kenapa.. Disaat aku sudah melangkah maju, sepasang gadis centil itu melancarkan serangan bayangan, mereka bercakap-cakap dengan dia menggunakan akunku. Bertanya padaku untuk tiap pertanyaan yang dia ajukan agar semuanya betul terkesan seperti jawabanku. Hingga akhirnya muncul kalimat mengerikan darinya, yang membuat temanku itu bingung mau melanjutkannya atau tidak karena di titik itu ia tidak mungkin lagi berlaku sebagai pirator. Ia harus memberitahuku yang sebenarnya. Aku menelusuri bilik obrolan itu pelan-pelan, membaca tiap kata dan meresapi maksudnya dengan lamat. Tak usah temanku, aku pun tercengang membaca bunyi teks terakhir yang dia kirimkan. Aku protes, dia juga, dia bilang kamu harus mengaku bahwa ini kamu, ini terlalu jauh untuk sekadar aksi pembajakan. Lalu aku mengalah.
Sejak hari itu aku mulai hidup dengan bayang-bayang perasaan “aku menyukainya lagi”. Perasaan bodoh yang harusnya sama sekali tidak aku mulai, tak perlu ada deklarasi yang menyatakan apa yang kurasakan, cukup aku saja yang menikmatinya bersama hatiku. Tanpa deklarasi, aku harus sekuat tenaga menyembunyikan hal yang tak seharusnya diketahuinya, aku dengan gengsiku yang terlalu tinggi selalu menutupi apa pun yang aku rasakan. Karena aku tahu, ketika dia tahu, pertahananku akan runtuh. Seperti kemarin.

Obrolan di media sosial itu membuatku kembali dekat dengannya, hal yang seharusnya tak pernah lagi kulakukan. Aku tahu jelas ia sudah dekat dengan orang lain, itulah yang membuatku sempat resah lalu bercerita pada dua temanku yang akhirnya mengantarkanku ke sisi yang lain. Dia yang masih baik selalu berusaha menyelamatkanku dari tiap situasi awkward, yang membuat kami kembali pada rutinitas bodoh yang selalu kami lakukan di tiap pertemuan kami, dulu. Rutinitas yang membuatku semakin hanyut dalam perasaan yang tak seharusnya kurasakan. Aku merasa menjadi pengganggu hubungan orang. Posisiku sebagai ‘mantan’ akan memperburuk keadaan. Aku jadi cemburu pada gadis yang dekat dengannya sekarang, merasa iri pada apapun yang ia dapatkan darinya, apalagi jika dulu aku tidak merasakannya. Buruk sekali, bukan?

Karena itu aku terus berusaha menyiksa diriku dengan kenyataan. Aku terus mencoba mengorek sejauh apa hubungan mereka hingga satu demi satu kenyataan makin mengoyak hatiku. Sebut aku melankolis lebay, tapi memang itu yang aku rasakan.
Dan pada pertemuan kami yang terakhir, saat rutinitas bodoh itu kembali kami lakukan, aku sadar bahwa aku telah mengkhianati seseorang. Aku telah mengotori hati yang sebelumnya tulus. Aku tahu ia tak menyayangiku sebesar dulu, atau mungkin tak menyayangiku lagi. Sebenarnya aku telah manyadari ini dari pertemuan pertama kami, ia sudah berbeda, aku saja yang pura-pura lupa dan menikmati arus perasaan yang semakin menenggelamkanku dalam kabut kebohongan. Tapi sejak aku sadar, aku selalu mencoba menyakinkan betapa ia menyayangi gadisnya. Sampai semalam aku tahu jelas, aku sadar diri.

Sayangnya pada gadis itu bukan sedikit. Semuanya hasil pemupukan yang laamaa, dan keacuhanku adalah pupuk yang membuat sayang itu semakin tumbuh subur hingga sekarang mulai berbunga. Bunga yang sangat cantik. Ia benar-benar menjadi dirinya bersama gadis itu, gadis yang selalu mengerti, yang selalu mengatakan keinginannya secara blak-blakan, gadis yang selalu bisa ia manjakan, adik perempuan yang selalu ia rindukan. Sekarang aku bahagia. Bukan klise, tapi sungguhan. Aku bahagia bisa membuatnya menemukan gadis yang lebih baik untuknya, dan bahagia karena akhirnya aku juga menemukan siapa cintaku sebenarnya. Cinta yang seharusnya tak pernah kutinggalkan hanya untuk menghabiskan lima tahun bersama dia. Cinta yang harusnya aku pupuk tanpa kubiarkan membusuk. Cinta suci yang sebenarnya selalu ada meski selama berapa waktu terkubur cinta semuku.

Wahai Cinta, maafkan aku yang melupakanMu untuk waktu yang begitu lama. Maafkan aku yang tak menyadari keberadaanMu, teguranMu, agar aku selalu kembali padaMu. Izinkan aku untuk kembali mencintaiMu dengan segala kemampuanku.

Minggu, 24 Agustus 2014

Semangat Perubahan!

Kemarin saya dan teman kosan saya memulai kegiatan baru. Ikut 'kelas'. Hahaha

Kami memasang target pencapaian satu bulan demi Rp350K yang telah kami keluarkan di siang hari yang terik. Merubah kebiasaan memang tak mudah, tapi sedikit demi sedikit saya juga mau berubah. Mulai rutin menjalankan latihan dan mengelola kebiasaan yang salah.

Semangat, Saya!

Minggu, 17 Agustus 2014

Kamu, Selamat Ya Sudah Mengulang Tanggal Tak Biasa Ini 20 Kali

Ucapan selamat ini untuk pemuda yang (sedikit) nasionalis di seberang Selat Sunda sana. Ada beberapa kawan yang rasanya perlu disimpan disini juga, salah satunya kamu. Bolehlah ucapan ini tersampai lewat dunia lain yang tak terjamah tapi selalu dapat terbaca.
--------

Selamat ulangtahun saya ucapkan
Selamat panjang umur saya kan doakan
Selamat sejahtera, sehat sentosaa
Barokahlah umurnya dan bahagiaa
*yang di atas ini lagu*

Mungkin kurang lengkap kalo doanya cuma selamat panjang umur, makanya kutambahi sedikit yaa.
Indonesia sudah 69 tahun merdeka (mungkin) dari jajahan pemerintah kolonial, kau pun telah 20 tahun merdeka dari rahim ibumu. Seperti kita yang masih setia mengabdi kepada negeri, sebagai anak lelaki teruslah mengabdi kepada Ibu, kepada Islam, kepada NKRI. Kan sekarang dirimu tidak lagi menyandang -teen dalam hitungan orang Barat, maka semoga kamu semakin dewasa dalam berpikir dan bertindak.
Semoga Allah senantiasa memberikan dan menunjukkan yang terbaik untukmu. Mempermudah langkah menuju tujuan-tujuanmu yang insyaallah bermanfaat bagi manusia lainnya  :')

Selalu, ucapan untuk kamu menurutku tak bisa biasa saja. Karena momennya bukan momen biasa. Sebagai putri Indonesia (menurut Ius Sanguinis maupun Ius Solli) yang memiliki rasa nasionalis cukup tinggi sejak kecil, aku selalu menghargai tanggal ini dengan melakukan hal-hal tidak biasa meski kadang ada saatnya aku tak bisa menjadi luar biasa.

Sampai hari ini, 17 Agustus ke-19 yang aku lewati, kamu masih salah satu teman terbaikku, sobat berbagi cerita dan cita-cita. Meski sedikit demi sedikit rahasia masing-masing kita mulai terbuka, kita masih juga sedikit buta. Mari berjalan lagi menyusuri waktu, maju atau mundur, untuk menyibak lebih banyak teka-teki. Karena cuma waktu yang bisa menyuarakan tentang hati dan mati. Tentunya jika Tuhan menyetujui.

Walau ucapanku dalam tulisan ini terkesan tanpa arah, intinya hanya satu: Selamat ulangtanggal yang ke 20 kali yaa :D

Jumat, 01 Agustus 2014

Kaget

Satu satu kenyataan mengejutkan
Mimpi mimpi terujar keluar
Apa apa yang kamu mau kita mau
Aku masih belajar mengejar

Hati dan Mati

Menanti hati bukan pekerjaan yang menyenangkan, tapi setidaknya lebih ringan dari menanti mati
Menunggu rindu pun tak seberat menunggu tandu
Maka biarlah cinta hidup tanpa beban agar kau tak menderita

Rabu, 23 Juli 2014

Refleksi

Malam ini aku merindu mengadu dalam suasana syahdu.
Mengingat betapa aku bersalah betapa aku sering lupa.
Masih saja aku lalai meski Tuhan berkali mengingatkan.
Mungkin Ia pun telah bosan melihat keimananku yang selalu tak stabil.
Menjadi begitu baik suatu waktu lalu berubah menggila tanpa jeda.
Merasakan ini menjadi rutinitas buatku.
Mampu menyadari harusnya jadi keuntungan yang bisa merubahku.
Maaf yang tak pantas lagi terujar mulai mendesakku.
Memaksaku kembali pada kenyataan bahwa aku Sang Pendosa.
Mengharap Tuhan masih berkenan terima taubat.
Mengampuni aku yang plinplan dan lupa diri.

Jumat, 11 Juli 2014

Arti Manusia

Barusan saja keluargaku membuka diskusi bertemakan 'Arti Manusia' ketika tampaknya banyak yang belum terlelap. Pendapat, pemikiran, gagasan yang sebelumnya tak terpikirkan olehku tampak muncul bergiliran di layar obrolan. Perlahan mungkin kami yang kekanakan ini mulai dewasa, mulai hidup dengan membawa dunia di pundak kami, mulai berpikir tentang tujuan Allah membuat kami lahir ke Bumi-Nya.

Aku bukanlah orang yang konsisten. Aku seringkali mengingkari komitmen yang telah kubuat. Ironis memang. Seorang yang tampaknya keukeuh dengan pendiriannya ternyata sangat rapuh dan mudah goyah. Aku yang cukup banyak berkoar mengenai Arti Manusia ternyata yang paling belum mencapai batasnya. Aku yang mudah goyah, mudah lupa, mudah tergoda nafsu yang membakar darah ini harus sering dibimbing memang. Ketika aku jauh maka akan sangat mudah untuk terlepas dari rengkuhan kebaikan yang senantiasa ditebarkan saudara-saudaraku.

Oh, aku menyayangi kalian yang dengan sadar ataupun tidak terus menerus menarikku lagi dan lagi kedalam lingkaran penuh berkah ini. Mengisi hati dan pikiranku dengan semua hal baik yang kalian miliki. Terimakasih banyak keluargaku :')

Untuk KAS_3G.

Senin, 30 Juni 2014

S.E.B.E.L

Aku ga pernah suka frasa "install ulang". Karena begitu banyak kenangan terbuang percuma setiap kali aku melakukannya. Kontak, note, foto, video, hingga rekaman yang kubuat sebaik mungkin, seindah mungkin, hilang. Ah salahku juga sih jadi ceroboh, rusak semua elektronik di tanganku. Dan sekarang aku merutuki note ponsel pintarku yang kosong melompong ketika aku mendadak ingin menampilkan sesuatu di 'rumah' ini. Semua aksara yang telah tersusun, meski belum sempurna, raib sudah. Ditelan masa, beberapa keping sejarahku mungkin bukan untuk dikonsumsi khalayak. Makanya ia turut terhapus bersama data-data lainnya.

Minggu, 01 Juni 2014

Aku Ingin Tinggal di Yogyakarta

Aku ingin tinggal di Yogyakarta. Di kota yang katanya cinta berhamburan di atasnya.

Aku ingin tinggal di Yogyakarta. Yang keindahannya tak akan bosan kita melihatnya.

Aku ingin tinggal di Yogyakarta. Kota pendidikan dengan sekolah yang penuh siswa pintarnya.

Aku ingin tinggal di Yogyakarta. Kota besar yang masih sarat dengat adat budayanya.

Aku ingin tinggal di Yogyakarta. Tempat lahirnya seniman-seniman yang luar biasa karyanya.

Aku ingin tinggal di Yogyakarta. Dimana kamu sekarang menghabiskan waktu dengannya.

Aku ingin tinggal di Yogyakarta. Supaya aku dapat mendengar tawamu saat bersamanya.


Aku ingin tinggal di Yogyakarta. Agar lebih mudah aku merebut kamu darinya.

Jumat, 30 Mei 2014

Menyikapi HTTS Esok Hari

Jadilah remaja sehat tanpa rokok!
Hari Tanpa Tembakau Sedunia (31 Mei)

Rokok merupakan penyebab kematian terbesar di dunia yang bisa dicegah. Satu dari sepuluh kematian orang dewasa disebabkan oleh rokok. Sebatang rokok mengandung 4000 lebih zat berbahaya dan 70 diantaranya adalah zat karsinogenik (pemicu kanker). Ketika satu orang menghisap sebatang rkok, maka ia telah meningkatkan risiko dirinya terserang penyakit berbahaya, menurunkan produktivitasnya, serta penambah beban negara dan keluarga untuk mengobatinya.

Sebagai informasi, indonesia merupakan negara perokok nomor 3 di dunia, prestasi yang kurang membanggakan bukan? Sedihnya lagi, jumlah perokok terus bertambah karena harga rokok yang kian murah hingga bisa dijangkau anak dan remaja,

Mengapa merokok?
Rata-rata orang mulai merokok pada usia remaja (12-18 tahun). Kenapa? Karena di umur segitu remaja (terutama laki-laki) sedang berusaha mencari jati diri dan mencoba banyak hal, salah satunya merokok. Banyak remaja yang melihat temannya merokok, atau melihat laki-laki merokok di televisi dan merasa bahwa adegan itu menimbulkan kesan keren. Kera moderen. Kok begitu? Karena orang berpendidikan pasti mengerti dan pernah diberitahu bahaya rokok bagi kesehatan dan perekonomian. Dan yang tidak mampu berpikir setelah mengetahui kenyataan apa bedanya dengan binatang, dengan kera.

Salah satu poin yang menarik orang untuk merokok adalah iklan. Rata-rata remaja Indonesia selain sekolah dan berinteraksi, menghabiskan waktunya di depan televisi. Dalam setengah jam lebih dari dua iklan rokok muncul di satu stasiun televisi, bayangkan berapa banyak virus itu masuk ke dalam pikiran remaja. Belum lagi kalau ia menonton lebih dari satu channel dalam waktu bersamaan. Penelitian yang dilakukan oleh UHAMKA bersama Komnas Pelindungan Anak (2007) menyatakan bahwa 68,2% anak memiliki kesan positif terhadap iklan tersebut dan 50% merasa lebih percaya diri. Semua terjadi karena industri rokok di Indonesia memiliki kebebasan yang hampir penuh dalam mempromosikan rokok, berbeda dengan negara lain yang justru sangat melindungi anak-anak dari bahaya rokok.

Rokok dan kemiskinan
Tiga dari empat keluarga di Indonesia memiliki pengeluaran untuk rokok. Semakin miskin, prevalensi merokoknya lebih tinggi (12%) bila dibandingkan dengan penduduk yang lebih kaya (7%). Pemerintah sudah mencoba mengurangi kemiskinan dengan memberikan Bantuan Langsung Tunai (BLT) pada keluarga yang tidak mampu sebesar Rp 100ribu per bulan. Tapi sangat disayangkan, lebih dari 120juta warga miskin di Indonesia menggunakan dana BLT untuk membeli rokok. Sedih sekali bangsa ini. Mau jadi apa lagi Indonesia kalau calon penerus bangsa (baca: remaja) sudah meracuni dirinya sejak muda.
Merokok sama dengan menumpuk racun dalam tubuh sekaligus membakar berlembar rupiah yang seharusnya bisa dimanfaatkan untuk kebutuhan lain, makan misalnya.

Boleh merokok asal asapnya ditelan!
Kenapa sih kalimat ini sangat sering terdengar? 
Perokok pasif memiliki peluang lebih besar menderita penyakit terkait rokok dibandingkan perokok aktif. Kalau begitu ayo kita merokok bersama-sama, toh lebih baik daripada tidak merokok. Ini jawaban yang sering keluar dari mulut para perokok ketika ada orang menyampaikan fakta ini. Kalau mau dijawab lagi, bunuh diri sendiri saja jangan ajak orang lain dong.

Kementerian Kesehatan mencatat 100juta orang Indonesia merupakan perokok pasif. Seperti yang telah dikatakan sebelumnya bahwa perokok pasif jauh lebih berisiko karena setiap hisapan roko olah perokok aktif hanya 25% yang masuk ke paru-parunya, itu pun setengahnya dikembalikan ke udara. Sisanya yang masih melayang-layang sejumlah 87,5% akan terhisap oleh orang itu lagi atau orang-orang kurang beruntung yang berada di sekelilingnya.



Tips menghentikan kebiasaan merokok a la FK Unsri
1.       Niat!
Ini yang paling penting, kalo ga ada niat ya sampe kapan pun ga akan berhenti.

2.       Ingat perekonomian orang tua.
Ini mungkin hanya berlaku bagi anak dengan keluarga menengah kebawah, yang ekonomi tinggi bisa jadi tidak peduli.

3.       Pelajari kerugian merokok dari lingkungan sekitar.
Perokok-perokok berat biasanya akan menunjukkan gejala klinis pada usia 25 tahun ke atas sehingga remaja kurang peduli dengan dampak merokok. Perhatikanlah orang-orang tua disekitar kita, cari berita mengenai rokok, dijamin tidak akan ditemukan dampak positif melainkan hanya sebentar.

4.       Jaga pergaulan.
Kebanyakan remaja merokok karena teman sepermainannya juga merokok. Merasa aneh kalo cuma kita sendiri yang tidak merokok. Kenapa tidak mencoba pergi ke lingkaran lain, dimana kita akan malu karena hanya kita yang merokok.

5.       Menabung.
Dengan membiasakan diri menabung, kita akan merasa sayang mengeluarkan uang untuk hal yang tidak perlu. Kalau dibelikan teman gimana? Percayalah, temanmu tidak akan sebegitu niatnya membelikanmu rokok setiap hari kecuali ia terlalu kaya sampai-sampai tidak tau lagi harus membelanjakan uangnya untuk apa.

6.       Mengalihkan keinginan merokok ke hal lain yang lebih bermanfaat.
Biasanya orang merokok kalau sedang tidak ada kerjaan, jadi berusahalah menyibukkan diri supaya tidak sempat merokok. Kalau memang sedang menganggur dan mulut terasa asam (alasan utama orang susah berhenti merokok), cobalah memakan sesuatu. Ketika memakan permen atau makanan lain yang harganya lebih murah daripada sebungkus rokok kita tidak akan bisa merokok bukan? Karena kita hanya punya satu mulut.

7.       Kembali lagi ke poin 1. NIAT dan SUNGGUH-SUNGGUH.
Mantapkan lagi niat, dekatkan lagi diri dengan Tuhan, sibukkan diri dengan kegiatan bermanfaat, pahami bahaya rokok secara menyeluruh, jaga pergaulan, maka mudah-mudahan kamu terhindar dari bahaya jangka panjang rokok.



Oleh: Intan Chairrany
Staff Departemen Kajian dan Strategis BEM KM FK Unsri
(untuk pamflet Sosialisasi Anti Rokok bersama CSR PT. Perta-Samtan Gas, Sungai Gerong, Plaju)