Minggu, 08 Maret 2015

KataBertaut 2 (edisi Kompilasi KAS_3G)

(09/03/15 - 00.20-00.28)

Temani daku merasakan desingan angin malam ini
Meski sungguhnya angin malam tak terasa di sini
Biarkan rembulan menjadi penghubung antara kita
Dan bintang-bintang menyaksikan kita dari tempatnya
Walau mimpi yang bawaku padamu
Hanya bertahan hingga mentari menyapa pagi
Memaksa kita memilih
Bangun dan mengejar mimpi atau kembali tidur dan melanjutkan mimpi
Karena mimpi tetaplah mimpi
Tapi sudahlah.. biarkan esok berbicara
Setelah aku mengusahakan semuanya, tinggal doa yang tersisa
Biarkan setiap detik membuat ceritanya sendiri
Hingga cerita hanya tinggal cerita
Dan perjuangan akan terasa hingga rasa itu tiada

(Cihuuuy, Muhammad Sanjaya memulai lalu Intan Chairrany, George Frazteo, dan Oddy Pratama melanjutkan syair bertaut ini. Dalam waktu 8 menit, 4 orang menyusun ini secara tidak berturut-turut. Tidak buruk.)

Tentang Perempuan

Nasib perempuan sekarang lebih baik daripada beberapa masa yang lalu, dimana kaum perempuan diberi hak dan kewajiban yang timpang. Alhamdulillah, saudari-saudari sekarang bisa dengan bebas belajar dan berkarya atau masihkah dirasa belum bebas? Lantas,perubahan apa yang akan kalian upayakan demi perbaikan?

Cc: Miak KAS_3G

Perubahan apa?

Ketika sekarang perempuan bisa bergerak seluwes laki-laki, hendaknya memanfaatkan keluwesan itu untuk belajar dan berbakti.

Dalam bentuk apa?

Sungguh, sebaik-baik perempuan adalah ia yang multitalenta, karena perempuan ada untuk dunia. Tanpa perempuan, maka tiadalah lagi kehidupan. Perempuan ditakdirkan memiliki rahim sebagai tempat berkembangnya manusia lain. Sejatinya seorang perempuan akan menjadi ibu, dan seorang ibu haruslah menjadi dokter, guru, koki, dan pahlawan. Saya akan manfaatkan kebebasan yang negara berikan dan karunia yang Allah berikan untuk mengumpulkan beragam ilmu. Menguasai ilmu kedokteran seperti yang sedang saya geluti sekarang, menekuni dunia penyiaran agar banyak pengetahuan yang bisa saya kumpulkan, menelusuri resep-resep masakan agar anak-anak saya bisa makan makanan enak dan bergizi setiap hari, menyulam benang-benang agar dapat memberikan kehangatan pakaian buatan tangan kepada yang terkasih, dan terakhir yang tidak kalah penting, yaitu membaca buku-buku cerita agar bisa memberikan dunia kepada anak-anak saya melalui mata dan hatinya.

Lalu apa yang akan saya berikan untuk perubahan?

Saya akan mendampingi lelaki yang telah meminta saya pada Ayah saya. Menyeka keringatnya saat ia pulang kelelahan, menyiapkan paginya dengan senyum dan sepaket sarapan, memeluknya ketika ia tenggelam dalam penat pekerjaan, tampil cantik di hadapannya agar terpulas selalu senyum di wajahnya, serta menjadi pakaian untuknya sebagaimana ia menjadi pakaian untuk saya. Menjadi istri yang berbakti sepenuhnya agar terjalin hubungan baik antara dua kehidupan, dua keluarga yang kami satukan.

Saya akan lahirkan kesatria-kesatria tangguh dan putri-putri yang menawan dalam lingkungan keluarga yang indah meski besarnya rumah tak seberapa. Saya akan menjadi ibu yang cerdas material dan spiritual agar dapat menyediakan madrasah pertama bagi calon-calon penerus bangsa. Saya akan tebarkan kebaikan lewat sela-sela jari dan sudut-sudut bibir, agar tetangga pun selalu saling menyayangi. Saya akan jadikan keluarga saya agen Tawassaw (penyampai pesan) agar masa (waktu) yang Allah berikan kepada kami tidak sia-sia.

Madang, 8-9 Maret 2015

(untuk menjawab pertanyaan sobat saya, Muhammad Sanjaya, yang diajukan tengah malam mendekati akhir Hari Perempuan Internasional ketika saya mulai berlagak penat melihat tumpukan materi ujian)

Selasa, 03 Maret 2015

Tanpa Judul

Aku di sini duduk memandangi detil wajahmu sambil menyiangi ragu yang melekat keras dalam hatiku. Kutancapkan pandanganku pada figurmu yang kaku. Lalu aku menunduk, sedikit banyak merangkum kita dalam benak.

Kau dan aku dua pribadi yang berkebalikan. Kita sama-sama menyembunyikan diri dalam topeng-topeng yang kita buat sendiri. Aku sang pecinta sepi memakai wajah ceria penuh gelak. Sementara kau si pendamba canda menyembunyikan sungging tawa dalam kerut-kerut dahi. Setiap hari kita berbohong pada cermin yang kita hadapi pagi-pagi.

Aku mendongak lagi untuk kemudian mendapatimu juga sedang melihat ke arahku. Ketika mata kita bertemu aku bertanya dalam hati, pada akhirnya apakah kita mampu membuka kedok ini? Menuturkan kisah yang sebelumnya kita simpan sendiri-sendiri. Untuk kemudian menyusun cerita masa depan yang kini masih berupa misteri.

Madang, 3 Maret 2015
(Di malam yang hening, setelah membaca beberapa tetes Hujan Matahari yang dituangkan Kurniawan Gunadi. Karena tetiba saja aku mengingatmu.)