Rabu, 22 Februari 2012

resep sederhana mengawetkan cinta :p

(copas dr hurufkecil.wordpress.com)

jika anda mendengar atau membaca
kalimat sederhana entah dari siapapun,
entah di mana, catat atau ingatlah satu
atau dua kata dari kalimat tersebut.
masukkan kata-kata itu
ke dalam sebuah puisi sederhana.
tak perlu memaksa diri menulis puisi
yang, katakanlah, terlalu berbunga-bunga.
di bawah judul, tuliskan nama pasangan anda.
atau jadikanlah namanya sebagai judul puisi
—bisa menambah kata ‘untuk’ atau ‘buat’
di depannya. ingat, panggilan sayangnya saja.
atau sebaiknya saya ceritakan bagaimana
saya menggunakan resep sederhana ini.
saat berbulan madu, kami menonton film,
saya mendengar kalimat diucapkan seorang
dalam satu adegan di tengah-tengah film itu.
sekarang saatnya mengatakan selamat tinggal.
dengan kata-kata sederhana, saya lalu menulis
sebuah puisi pendek di kamar untuk istri saya.
‘selamat tinggal’ judulnya. saya tulis namanya
di bawah kata dari film yang jadi judul puisi itu.
sungguh, sayang, saya beruntung menemukan
seseorang yang kepadanya mulutku sangat
sangat sangat berat buat mengatakan satu
kalimat-dua-kata: selamat tinggal.

puisi itu saya tulis di balik foto pengantin kami.
saya membacanya pertama kali di meja makan,
saat sarapan keesokan harinya. selanjutnya dia
selalu meminta saya membacanya ketika saya
sedang ditimpa kemarahan. juga sebaliknya.
kini, setelah lebih setengah abad sejak puisi itu
lahir, tak lama lagi salah seorang di antara kami
mungkin akan segera dimakamkan. sungguh,
masing-masing kami betul-betul sangat berat
mengucap kalimat selamat tinggal, sangat berat
mengembalikan puisi itu ke kalimat awalnya,
kalimat dari film yang kami sudah lupa judulnya:
sekarang saatnya mengatakan selamat tinggal.

NASKAH DRAMA BANGSAWAN (drama kami wkt kelas XI)

“Story at Cressenthenge”

PEMERAN :
-Raja Basco = Oddy Pratama
-Ratu Stephania = Intan Chairrany
-Raja Horatius = Rizky Febriawan
-PM Namira = Sutria Nirda Syati
-K.Dapur Liliana = Fathul Fitriyah R.
-Pangeran Leonardo = Oddy Pratama
-Pangeran Orlando = Rizky Febriawan
-Nichole Parker = Natalia Widya Gala

 (Act 1)
Narrator           : Dahulu kala, di Mediterania berdiri Kerajaan Hillcresent. Kerajaan ini sangatlah megah. Dipimpin oleh Raja Eduardo Basco yang agung, kerajaan ini berkembang sangat maju. Sayangnya Raja Basco  tidak dikaruniai putra, beliau hanya memiliki seorang putri yang bernama Stephania Basco. Stephania tumbuh dan berkembang sebagai putri yang cantik dan cerdas, sehingga titel putri mahkota pun tidak diragukan untuk ia sandang.Raja Basco pun sangan protektif terhadap keselamatan putrinya.  Seiring tumbuhnya Stephanie,  penyakit yang diderita Raja Basco kian parah, sehingga tibalah saatnya mencarikan jodoh bagi Stephanie. Stephanie yang bingung bercerita pada pelayan pribadi sekaligus satu-satunya sahabatnya di istana, Liliana ketika sedang berada di kamarnya

Stephanie        : Lily, ayah mendesakku untuk menikah dengan Horatius. Apa yang harus aku lakukan?
Liliana              : Stevy, bukankah Raja muda Horatius adalah pria yang baik? Ia juga merupakan putra Almarhum Raja Levinn yang memiliki hubungan baik dengan kerajaanmu? Apa yang kurang? Terimalah ia.
Stephanie        : Tapi aku mencintai pria lain, dan kau tahu itu. Meskipun aku juga tahu, aku tak mungkin merubah keputusan ayah. Aku juga tak ingin ayah kecewa padaku untuk yang kesekian kalinya.
Liliana              : Lalu apa lagi? Sampaikanlah pada ayah mu bahwa kau akan menerima pinangan Pangeran Horatius. Lupakanlah cintamu sekarang, Stevy.
Stephanie        : Aku tak sanggup, Lily. Kau tahu bahwa seumur hidupku, cinta ini hanya untuk Dimitri. Namun aku tak akan mungkin bisa bersamanya.
Liliana              : Tentu saja itu tak mungkin, Stevy. Dimitri hanya seorang guru privat dansa bagi keluarga kerajaan. Meski kalian tumbuh bersama namun status kalian berbeda jauh. Lupakanlah masa lalumu.
 Stephanie       : Jadi, aku harus merelakan kebahagianku demi kerajaan ini?
Liliana              : Jika kau peduli, maka memang haruslah begitu.


(Act 2)
Narator            : Stepahie telah menetapkan keputusannya. Ia menerima lamaran Horatius. Pernikahan berlangsung dengan meriah. Putri mahkota Hillcresent dengan raja dari Kerajaan Stonehenge sungguh pasangan yang membuat rakyat Hillcresent bangga dan bahagia. Dan saat itulah kedua kerajaan yang besar itu bergabung menjadi Kerajaan Cresenthenge. Raja Basco pun merasa senang dan tenang melihat putrinya bersanding dengan pria yang pantas, bukan dengan yang tak seharusnya.
Basco              : Putriku, semoga kau bahagia bersama lelaki pilihanku. Cintailah ia dengan tulus, lupakanlah masa lalumu, hadapilah sekarang apa yang telah menjadi suratanmu.
Stephanie        : Iya ayah, maafkan kebodohanku. Sekarang aku akan mulai mencintai suamiku setulus hatiku. Aku tak akan mengecewakanmu lagi. Ini akan menjadi awal hidupku yang baru, meskipun sulit……, aku akan mencobanya.
Basco              : Terima kasih putriku atas pengertianmu. Baiklah, aku percaya padamu. Aku tak ingin mendengar kalian mempunyai masalah dalam mengarungi bahtera rumah tangga.  Horatius, jaga putriku baik-baik
Horatius           : Baik, Yang Mulia. Aku berjanji padamu. Aku akan menjaga Stephanie melebihi nyawaku sendiri.
Basco              : Aku sangat bahagia melihat kalian bahagia.

(Act 3)
Narator            : Raja Basco telah lebih dulu meninggalkan mereka setelah menikah selama setahun. Stephanie belum juga terlihat mengandung. Meninggalnya Raja Basco berarti naiknya posisi Horatius. Ia menjadi raja baru di Cresenthenge. Dan ia pun mengangkat perdana menteri yang baru untuk menggantikan Paman Benjamin, yang sudah  merasa cukup tua untuk meneruskan tugasnya. Namira pun menjadi perdana menteri baru di Cresenthenge untuk membantu tugas Horatius. Dan perempuan itu menjadi teman berbagi Stephanie, selain Liliana Parker mengenai masalah anak yang tak kunjung hadir.
Stephanie        : Mira, sebagai menteri aku ingin meminta pendapatmu.
Namira                        : Mengenai apa Yang Mulia?
Stephanie        : Tentu kau mengerti, sudah satu tahun aku dan Horatius menikah, tapi kami belum juga mendapatkan seorang anak.
Namira                        : Apakah itu menjadi masalah, Tuanku? Saya rasa, semua berjalan baik-baik saja. Mungkin sekarang bukan waktu yang tepat bagi kerajaan ini menerima putra  mahkota.
Stephanie        : Tentu ini masalah Mira. Aku adalah perempuan yang ingin menjadi ibu. Aku sangat menginginkan itu.
Namira                        : Maafkan saya, baginda. Saya tidak bermaksud untuk menghalangi keinginanmu.
Stephanie        : Tidak apa-apa, Mira. Aku sangat membutuhkan saran darimu mengenai ini.
Namira                        : Solusi apa yang kau tawarkan, baginda?
Stephanie        : Aku ingin mengadopsi seorang anak dari Panti Quiintania sebagai pemancing. Supaya aku bisa melahirkan seorang anak nantinya.
Namira                        : Pancingan?
Stephanie        : Iya, Mira. Para leluhur pernah berkata bahwa itu akan berhasil. Dan sudah banyak buktinya. Kau tau Ratu Andalaisy?
Namira                        : Iya ratu. Saya memang pernah mendengarnya. Memang ada baiknya kita mencoba hal tersebut. Apabila itu keinginan Yang Mulia, akan saya usahakan.
Stephanie        : Terimakasih. Kau atur kapan kita bisa ke sana untuk memilih anak yang aku inginkan.
Namira                        : Baiklah yang mulia.

(Act 4)
Narator            : Bersama Ratu Stephanie, Perdana Menteri Namira menjemput seorang anak dari Panti Quiintania. Seorang anak laki-laki berusia satu tahun yang biasa dipanggil Leo. Dan Stephanie mengganti nama anak itu menjadi Leonardo Levinn, memakai nama belakang Raja Horatius Levinn. Liliana yang mengetahui hal ini menjadi terkejut.
Liliana              : Stevy, tak pernah kusangka kau akan memutuskan hal seperti ini.
Stephanie        : Kau pasti mengerti, Lily. Aku membutuhkan anak itu.  Aku butuh seorang putra.
Liliana              : Mengapa kau tidak sabar menunggu kehamilanmu dengan Horatius?
Stephanie        : Tidak, aku tetap ingin anak ini. Meskipun nanti aku melahirkan putra dari Horatius, aku akan menyayanginya seperti putraku sendiri.
Liliana              : Semua terserah padamu, semoga ini memang yang terbaik.
Stephanie        : Terimakasih Lily. Kau memang sahabatku.
Liliana              : Lalu bagaimana status dari anak yang akan kau adopsi, stevy? Apakah akan kau umumkan oleh rakyat atau kau simpan sendiri?
Stephanie        : Aku masih bingung lily, namun tujuanku untuk mengangkatnya sebagai pemancing agar aku dan Horatius mempunyai keturunan.
Liliana              : Saranku, jangan kau sembunyikan statusnya. Jika ia telah dewasa dan cukup umur untuk mengetahui hal yang sebenarnya maka ceritakanlah semuanya. Karena, jika tidak ini akan menjadi rumit. Akan ada masalah dalam penentuan putra mahkota.
Stephanie        : Kau benar. Baiklah jika begitu. Aku benar-benar tak bisa bicara lagi. Kau yang terbaik, lily.


(Act 5)
Narator            : Beberapa bulan  kemudian, pancingan itu berhasil. Stephanie hamil. Namun pada masa kehamilan Stephanie yang ke 5 bulan, Kerajaan Cresenthenge mengalami masalah. Terjadinya perebutan wilayah dengan Kerajaan Orlandimia yang berada di Jerman Barat. Hal ini mengharuskan Horatius untuk turun ke medan peperangan. Perang ini memakan waktu berbulan-bulan hingga akhirnya Peperangan ini usai dengan kemenangan kerajaan Cresenthenge dan saat itu Stephanie telah melahirkan seorang putra namun sayang kemenangan itu berakhir duka, dengan meninggalnya Raja Horatius. Bayi itupun lahir dalam keadaan yatim, dengan diberi nama Orlando Levinn, untuk mengingat jasa dari ayahnya.
Liliana              : Tabahkan hatimu, Stevy. Semua ini tentu akan berbuah manis. Kepergian Horatius adalah tantangan bagimu, untuk menjadi single parent bagi kedua putramu sekaligus pengganti kedudukan raja. Dan aku percaya, kau pasti bisa.
Stephanie        : Terimakasih, Lily. Kau memang sahabat terbaikku. Kau dan Namira lah yang bisa menjadi tempat berbagiku.
(tok..tok..tok..)
Stephanie        : Siapa itu?
Namira                        : Ini aku, Namira. (dari luar)
Stephanie        : Oh, masuklah Mira.
(Namira masuk kekamar Stephanie)
Stephanie langsung menghampiri Namira dan memeluknya
Namira                        : Aku turut berduka atas kematian Horatius, ia adalah sahabatku sejak kecil. Kita semua kehilangan dia.
(Usap tangan Namira ke punggung Stephanie untuk menenangkannya)
Liliana              : Aku pamit dulu Yang Mulia.
Namira                        : Baiklah, Ny. Parker. Terima kasih telah menemani Ratu Stephanie seharian ini saat aku sibuk mengurusi pemakaman yang akan diadakan besok pagi.
Liliana              : Bukanlah masalah, Yang Mulia.


(Act 6)

Narator            : Tahun berganti tahun, tak terasa bahwa Kerajaan Cresenthenge di bawah pimpinan Ratu Stephania Basco telah berkembang begitu pesat, begitupun juga dengan kedua putranya. Leonardo dan Orlando tumbuh dengan baik, meskipun kasih sayang dari sang ayah tidak didapatkan oleh mereka. Mereka berdua sangat dekat. Kakak dan adik yang tidak terpisahkan. Persaudaraan mereka pun dihiasi oleh seorang gadis cilik yang selalu setia menemani mereka. Gadis itu bernama Nichole Parker, putri dari Liliana.Mereka bertiga melewati masa kanak-kanaknya dengan bahagia.
Leonardo         : Kalian harus janji sama kakak, bahwa kita bertiga gak akan terpisahkan. Oke?
Orlando           : Iya kakakku.
Nichole            : Ote Leo. Tapi kalau kita sudah besal, gimana?
Orlando           : Yah kita tetep main, kayak gini telus.
Leonardo         : Gak mungkinlah. Banyak hal yang harus kita kerjakan.
Orlando           : Apa contohnya? Membuat pie?
(Mereka tertawa)
Leonardo         : Iya.
Nichole            : Sudah-sudah. Kalian bicala apa sih? Gak ngelti. Yang penting sekarang kita senang.
Leonardo         : Iya, Nichole. Aku punya sesuatu untuk kalian berdua.
(Leonardo merogoh sakunya. Dan diambilnya sebuah cincin yang ia buat sendiri dari akar pohon)
Nichole            : Waahh, cantik. Akan aku simpan dan aku jaga cincin ini, selamanya.
Leonardo         : Iya. Kalian halus menjaganya baik-baik.
Orlando           : Aku akan menaluhnya di tempat lahasia. Supaya gak ada satu olangpun yang bisa mengambilnya daliku.
Leonardo         : Iya adik-adikku. Aku sayang kalian.
Orlando & Nichole : Kami juga tayang kakak.





(Act 7)

Narator            : 10 tahunpun berlalu. Setelah janji yang telah mereka ikrarkan di bawah pohon oak di halaman belakang istana. Bagi Ratu Stephania, ini adalah saat yang tepat untuk menceritakan kenyataan mengenai diri Leonardo. Umurnya telah genap 16 tahun dan dinilai telah cukup dewasa untuk mengetahuinya. Meski berat, namun Ratu Stephania harus menyampaikannya agar tidak terjadi kesalahpahaman dalam kehidupan baik di istana maupun di luar istana.
Stephanie        : Putraku, Leonardo. Kemarilah, ibu ingin berbicara denganmu.
Leonardo         : Ada apa ibu? Engkau terlihat lelah. Adakah masalah?
Stephanie        : Iya. Ada sesuatu yang harus ibu sampaikan kepadamu.
Leonardo         : Apakah ini begitu serius hingga raut wajahmu seperti itu?
Stephanie        : Iya. Semua ini tentang dirimu, anakku. Kau tahu, Horatius bukanlah ayahmu.
Leonardo         : Maksud ibu? Aku tak mengerti.
Stephanie        : Ibu mengadopsimu dari Panti Quiintania saat kau berumur 1 tahun. Kau begitu lucu dahulu. Ibu sangat menyayangimu. Dan Horatius setuju mengenai itu. Ibu bawa kau ke istana ini. Semua orang menerimamu, anakku. Kau adalah bagian dari istana ini. Tapi hal yang sebenarnya adalah… aku…
Leonardo         : Sudahlah ibu. Aku sudah paham semua. Jika begitu adanya, izinkan aku pergi untuk menenangkan diri. Aku ingin belajar saja untuk menetralkan perasaanku ibu. Aku masih pantas memanggilmu ibu, bukan?
Stephanie        : Tentu saja, sayang. Ibu juga sebenarnya adalah…
Leonardo         : Cukup ibu. Tak perlu kau lanjutkan lagi. Aku sudah bahagia dengan keadaan seperti ini.
                        (Leonardo membalikkan badannya dan pergi memunggungi ibunya yang sedang menangis sedu)
Stephanie        : Aku belum selesai bicara, anakku. Aku adalah ibumu. Ibu kandungmu yang sebenarnya.
(Bisik Stephanie dalam tangisan saat melihat Leonardo pergi)


(Act 8)

Leonardo         : Namira, aku mau bicara.
Namira                        : Ada apa pangeran?
Leonardo         : Aku ingin belajar ke Paris mengenai ilmu pengobatan alam. Aku mulai tertarik pada alam.
Namira                        : Benarkah? Mengapa baginda harus ke sana? Bukankah kita bisa mendatangkan guru handal yang bisa mengajarakan baginda di sini.
Leonardo         : Tidak. Aku ingin keluar dari istana. Menikmati dunia yang belum pernah aku jamah. Aku haus akan ilmu, dan kebebasan mendapatkannya. Aku ingin menikmati hidupku.
Namira                        : Baiklah jika itu memang kehendak baginda. Akan aku urus kepindahanmu ke sana.
Leonardo         : Terima kasih. Tolong kau rahasiakan kepergianku dari Orlando dan Nichole. Aku tak ingin mereka berdua tahu.
Namira                        : Serahkan padaku, baginda. Aku akan mengusahakan semuanya.
Leonardo         : Baiklah, semuanya aku percayakan padamu.


(Act 9)

Narator            : Leonardo pergi. Tanpa jejak. Tanpa bekas. Semua ini terkesan sembunyi-sembunyi. Semua ini hanya diketahui oleh Ratu Stephania dan Namira. Ketiadaan Leonardo mengejutkan istana bahkan membuat gaduh seantero Kerajaan Cressenthenge. Namun hal ini cepat ditangani oleh Namira, dan semua kembali seperti semula. Namun tidak untuk Orlando.
Orlando           : Mana janji yang ia ucapkan dulu untuk selalu bersama? Pembohong! Mengapa dia menyembunyikan kepergiaannya dari kita? Lalu kita ini dianggap apa?
Nichole            : Tenangkan dirimu, Land. Dia pasti punya alasan untuk ini semua.
Orlando           : Tapi aku kecewa.
Nichole            : Bukan hanya kamu, tapi aku juga. Kita merasakan hal yang sama. Tapi ini semua adalah haknya untuk memilih apa yang dia mau. Kita harus menghargai semua ini. Mungkin hidupnya adalah menolong sesama.
Orlando           : Dia itu adalah keturunan raja. Apapun yang dia inginkan pasti akan dikabulkan. Mengapa tidak belajar di sini dan tinggal bersama kita?
Nichole            : Aku tidak tahu.
(Lalu Liliana datang menghampiri mereka)
Nichole            : Ibu..
Liliana              : Nichole, bisa bantu ibu di dapur? Ada stok sphagetti yang baru di sana. Bisa kau awasi?
Nichole            : Tentu ibu.
(Nichole berlari ke dapur menjauh dari Orlando dan Ibunya)
Orlando           : Apa kau tahu sebelumnya?
Liliana              : Tidak. Aku tidak tahu.
Orlando           : Ibu tidak bercerita tentang kepergian Leo kepadamu?
Liliana              : Tidak baginda. Akhir-akhir ini, aku sibuk di dapur. Ibumu lebih banyak menghabiskan waktu bersama Namira.
Orlando           : Aku kesulitan mencarinya. Namira begitu sibuk. Aku ingin bertanya banyak mengenai ini.
Liliana              : Mungkin saja kepergian ini dikarnakan suatu hal.
Orlando           : Apa itu?
Liliana              : Mungkin saja ibumu telah memberitahukan sebenarnya.
Orlando           : Apa maksudmu?
Liliana              : Bahwa Leonardo bukanlah anak dari Horatius. Ya Tuhan, aku…
Orlando           : Apa katamu?
Liliana              : Maafkan saya baginda, semua yang telah saya ucapkan hanya sebuah cerita yang tak benar.
Orlando           : Aku mengenalmu. Kau selalu jujur padaku. Tak mungkin kau berbohong.
Liliana              : Maafkan saya baginda. Saya harus kembali ke dapur.
                        (Liliana langsung meninggalkan Orlando yang masih terkejut mendengar kenyataan itu)


(Act 10)

Narator            : Mendengar pernyataan Liliana, Orlando langsung mencari Namira untuk mengetahui kebenaran yang ada. Dan akhirnya Orlando menemukan Namira di sebuah gazebo halaman belakang istana.
Orlando           : Aku ingin bicara
Namira                        : Mengapa kau terlihat begitu tergesa-gesa?
Orlando           : Benarkah Leo bukan kakak kandungku?
Namira                        : Apa yang kau katakan? Aku tak mengerti.
Orlando           : Sudahlah Namira. Tak perlu kau tutupi lagi. Jawab saja dengan jujur.
Namira                        : Iya. Leo bukan kakak kandungmu. Leo diadopsi oleh ibumu dari sebuah panti asuhan kecil yang berada di pedesaan Edensor. Semua itu dilakukan agar kau bisa lahir. Pemancing katanya.
Orlando           : Aku tak bisa menerima ini semua.
Namira                        : Kau harus tahu Orlando, kaulah satu-satunya putra kandung dari Raja Horatius. Kau adalah putra mahkota di kerajaan ini. Tak usah kau pikirkan lagi tentang Leo. Dia sudah bahagia dengan seni yang ia pilih. Dan tugasmu sekarang adalah fokuslah pada apa yang ada di hadapanmu.
Orlando           : Apa aku mampu?
Namira                        : Tentu saja. Kaulah putra mahkota. Aku akan membimbingmu agar kau bisa memerintah seperti ayah dan ibumu.
Orlando           : Terima kasih, Namira.
(Namira tersenyum licik melihat Orlando berlalu dihadapannya)


(Act 11)
Narator            : Setelah kepergian Leonardo ke Paris, hubungan Orlando dan Nichole semakin dekat. Tak disangkal lagi, Orlando jatuh cinta kepada Nichole. Semua ini hanya disimpan olehnya. Orlando menunggu waktu yang tepat untuk meyakinkan Nichole dan orang-orang disekitarnya bahwa dia serius akan hal itu. Hingga saat itu tiba…
Orlando           : Nichole, kau punya waktu?
Nichole            : Selalu ada untukmu, land.
Orlando           : Aku ingin berjalan-jalan menyusuri labirin yang baru saja ditanami tulip-tulip indah. Kau bisa temani aku?
Nichole            : Hahaha, iya. Kebetulan aku sangat lelah di dapur.
Orlando           : Kita sudah kenal lama, bukan?
Nichole            : Semua orang tahu itu, land.
Orlando           : Kau tahu aku menyayangimu?
Nichole            : Tentu saja.
Orlando           : Jika sayang itu kutafsirkan lebih dari kadarnya?
Nichole            : Maksudmu?
Orlando           : Jika aku aku mulai mencintaimu?
(Mereka terdiam)
Nichole            : Sebagai apa?
Orlando           : Layaknya shakespears ceritakan Romeo dan Juliet, atau kisah Dewa Zeus dan Dewi Aphrodite, lalu Cleoptra dan Julius Caesar.
(Nichole menghela nafas)
Nichole            : Aku belum bisa menjawabnya. Kau tahu bahwa kasta kita berbeda, land. Kau bangsawan sedangkan aku hanya seorang pelayan.
Orlando           : Adakah hukum yang mengatur tentang cinta?
Nichole            : Siapapun tahu itu. Aku… aku tidak tahu harus gimana
                        (Nichole berlari, pergi meninggalkan Orlando di taman. Namun tangan Nichole, sempat di raih oleh Orlando. Alhasil, gelang yang selalu melingkar di tangan mungilnya terlepas)
Orlando           : Tolong, nichole, jangan seperti ini.
Nichole            : Beri aku waktu, land.
(Orlando membiarkan Nichole pergi sambil menggenggam gelangnya)
Nichole            : Maafkan aku land, sebenarnya aku sudah terlanjur mencintai orang lain.(bisiknya meninggalkan Orlando)


(Act 12)

Narator            : Esoknya, Stephanie ingin menemui Orlando, ia merasa jauh dengan anaknya dikarnakan ia terlalu sibuk dengan urusan kerajaan Cressenthenge. Ia masuk ke kamar Orlando dan mendapati Orlando sedang mengamati sebuah gelang yang tak semestinya dipakai seorang pria.
Stephanie        : Putraku..
Orlando           : (terkejut, spontan menyembunyikan gelang itu) Ah, iya Bu. Ada perlu apa sampai ibu mencariku ke kamar?
Stephanie        : Apakah salah bila seorang ibu menemui anaknya? Ibu hanya merindukanmu.
Orlando           : Tentu saja tidak, Bu. Aku juga, akhir-akhir ini kita jarang bertemu.
Stephanie        : Hmm, tadi ibu lihat kau mengenggam sebuah gelang perempuan. Milik siapa?
Orlando           : Oh ini. (mengangkat gelang yang tadi disembunyikannya) Ini milik Nichole.
Stephanie        : Cantiknya, boleh ibu lihat?
Orlando           : Tentu, bu.
(Stephanie mengambil gelang dari tangan Orlando dan mengamatinya)
Stephanie        : (terkejut) Hah? Benarkah apa yang tertulis disini? Dimitri dan Liliana Parker? Aku tak percaya!
Orlando           : Apa yang ibu katakan? Bukankan Paman Dimitri adalah  suami Bibi Lily dan ayah Nichole. Selama ini ibu tidak mengetahuinya?
Stephanie        : Mana mungkin! Ya Tuhan, apa sebenarnya yang terjadi? Tidak mungkin. Tidak mungkin! Panggilkan lily! Suruh dia ke kamar ibu. Sekarang!
Orlando           : Baik, Ibu.

(Act 13)
Narator            : Orlando yang masih shock melihat kondisi ibunya berlari mencari Liliana. Baru kali ini ia melihat Ratu Stephanie marah besar tanpa ada sebab yang jelas, hanya dikarenakan melihat gelang milik Nichole. Ia bergegas menemui Liliana di dapur. Liliana yang terkejut mendengar penuturan Orlando. Ia tak bisa bicara.Lily  segera menemui Stephanie di kamarnya.
Liliana              : Stevy
Stephanie        : Pengkhianat!
Liliana              : Tunggu, Stevy. Aku bisa menjelaskan semuanya.
Stephanie        : Apa lagi? Cukup sudah semua saranmu kau curahkan saat ayah menjodohkanku dengan Horatius. Tapi apa hasilnya? Ternyata kau yang menikahi Dimitri. Teganya kau!
Liliana              : Stevy, aku hanya ingin mengatakan yang sebenarnya. Tolong beri aku kesempatan.
Stephanie        : Silahkan.
Liliana              : Kumohon, jangan bersikap begitu padaku. Kuakui, saranku saat itu memang berbumbu subjektif. Aku juga mencintai Dimitri. Aku tak menyangka bahwa kau lebih dulu mendapatkan hatinya. Aku tak terima. Dan semuanya terjadi. Aku juga tak ingin mengecewakan Raja Basco.
Stephanie        : Penipu! Alasan apa lagi?
Liliana              : Stevy, aku menyayangimu seperti kakakku sendiri. Aku suka sikapmu padaku sejak dulu. Kau tak pernah malu bermain bersamaku yang hanya seorang pelayan istana.
Stephanie        : Lalu apa? Ini balasanmu? Kau menikahi Dimitri tanpa memberi kabar sedikitpun padaku. Tanpa aku tahu, kau bahkan telah melahirkan putri yang sekarang tumbuh dewasa bersama putra-putraku.
Liliana              : Stevy… sungguh, aku tak bermaksud begitu. Aku tidak memberitahukan ini padamu supaya aku tak menyakiti hatimu. Karena aku menyayangimu.
Stephanie        : Omong kosong. Jangan pernah kau atas namakan kasih sayang untuk hal ini. Kenapa kau tak jujur? Munafik! Aku tak pernah menyangka hatimu seburuk itu. Padahal kau tahu, saat itu aku baru saja melahirkan anak Dimitri, aku diasingkan karena cinta. Aku terima. Kau tak pernah tahu bahwa selama ini aku tak pernah mencintai Horatius, dan hingga saat ini, hatiku hanya untu Dimitri. Kau tak pernah tahu bagaimana rasanya menikah dengan orang yang tidak kau cintai, dan bagaimana rasanya melihat anak dari darah dagingmu sendiri tak dianggap sebagai anakmu! Kau tak tahu betapa sakitnya aku dan Leonardo.
Liliana              : Kumohom  Stevy, mengertilah. Dimitri sudah.. (Liliana menangis)
Stephanie        :  Sudah, tinggalkan aku. (membuang muka)
(Liliana pun keluar dan meninggalkan Stephanie sendirian)


(Act 14)
Narator            : Stephanie tak mau berbicara dengan Liliana setelah kejadian itu. Ia masih tak percaya dengan kenyataan yang terjadi. Dan seperti itulah yang dirasakan Leonardo saat ia mengetahui kebenaran bahwa ia bukanlah anak Horatius. Namun sayangnya Leonardo belum mengetahui kebenaran yang sebenar-benarnya.Untuk menenangkan diri,  Stephanie pun menemui Namira untuk minta pendapat tentang hal ini, ia sangat membutuhkan Namira untuk saat ini.Dan ketika mereka bertemu diperemapatan koridor utama. Stephanie mencegat Namira dan membawanya ke menara atas. Dengan menangis sedu, Stephanie menceritakan semua kejadian yang menimpanya, bahkan mengenai masa lalunya dan status Leonardo yang sebenarnya.
Namira                        : Apa kau serius dengan setiap kata yang mengalir dari lisanmu?
Stephanie        : Iya Mira. Maafkan aku yang telah menyembunyikan semua ini dari kalian semua. Aku hanya ingin yang terbaik untuk kerajaan Hillcresent dan anakku, Leonardo.
Namira                        : Sudahlah jika begitu, sesuatu yang telah lalu biarlah berlalu.
Sekarang, coba kau pikirkan. Untuk apa kau berbaik hati dengan orang yang telah mengkhianatimu, lebih baik kau pecat saja dia. Dia bukanlah orang yang bisa dipercaya, dan masih banyak yang berkompeten untuk mengurusi dapur istana.
Stephanie        : Apakah aku harus? Namun dia sudah sangat lama mengabdikan dirinya kepada istana ini, Mira.
Namira                        : Dan selama itu pula ia membohongimu.
(Hening sejenak, Stephanie terlihat berfikir keras)
Namira                        : Pikirikanlah baik-baik perkataanku.(Sambil berlalu pergi)
Stephanie        : Tunggu Mira. Kau benar. Pecat ia hari ini juga.
                        (Namira mengangguk dan berpaling menuruni tangga menuju ke dapur istana dengan senyum kemenangan)



(Act 15)

Namira                        : Ny. Parker, ada yang harus kita bicarakan. Penting!
Liliana              : Baiklah, tuanku.
Liliana              : Maaf baginda, hamba tidak mengerti maksud dari ini semua.
Namira                        : Jangan pura-pura bodoh! Lebih baik kau segera bereskan semua perlengkapanmu dan pergi keluar dari istana ini.
Liliana              : Baginda memecatku?
Namira                        : Iya.
Liliana              : Apa salahku, baginda?
Namira                        : Perintah ini langsung diberikan oleh Ratu Stephanie. Jadi, kau pikirkan saja sendiri apa salahmu.
Liliana              : Aku akan memberitahukan ini kepada Nichole.
Namira                        : Tak perlu, Nichole akan tetap tinggal di sini. Ia tetap bekerja di istana, mungkin saja menggantikanmu.
Liliana              : Benarkah, baginda? Baiklah. Terima kasih baginda.




(Act 16)

Narator            : Namira benar-benar berkuasa setelah kepergian Liliana dari istana. Semua urusan istana diserahkan secara penuh oleh Ratu Stephanie kepadanya. Hal ini membuat Namira menjadi semakin gila terhadap kekuasaan di Kerajaan Cressenthenge. Ini membuatnya menginginkan tahta tunggal di istana dan berniat untuk menyingkirkan Ratu Stephanie melalui tangannya dan Orlando.Hingga suatu ketika Ratu Stephanie jatuh sakit diakibatkan kelicikan Namira. Berita sakitnya Ratu Stephanie terdengar oleh Leonardo yang sedang belajar di Paris.Mendengar kabar tersebut, Leonardo memutuskan untuk pulang ke Inggris.
Leonardo         : Ibu…
Stephanie        : Aku senang kau datang. Aku kira kau sudah tak menyayangi ibu lagi, selama kau pergi tak sedikitpun kabar berita yang ibu terima.
Leonardo         : Aku hanya ingin hidup mandiri ibu, tanpa ada unsur kerajaan yang melekat padaku. Aku hanya ingin mencoba menjadi rakyat biasa.
Stephanie        : Namun ibu sungguh khawatir.
Leonardo         : Ibu, aku sekarang sudah kembali. Dan tidak akan pergi lagi. Dengan syarat ibu harus berjanji padaku untuk sembuh.
Stephanie        : Tentu saja anakku. Ibu berjanji.
                        (Tiba-tiba Namira masuk membawakan makanan untuk Stephanie, ia terlihat sangat terkejut ketika melihat Leonardo)
Namira                        : Leonardo? Kau sudah pulang? Terima kasih Tuhan, bibi khawatir sekali kepadamu.
Leonardo         : Aku baik-baik saja selama kepergianku, bibi. Aku bahagia di Paris.
Namira                        : Kau harus menceritakan banyak tentang Paris pada bibi.
Leonardo         : Baiklah.
Namira                        : Stevy, makanlah dulu. Leonardo tolong awasi ibumu.
Stephanie        : Terima kasih, Mira.
Leonardo         : Iya bibi.
(Namira pergi meninggalkan mereka berdua. Dengan seribu pertanyaan yang melekat di benak Leo, mana bibi liliana?)

(Act 17)

Narator            : Setelah sekian lama tidak berjumpa dengan Nichole dan Orlando, Leonardo merasa rindu dengan mereka. Akhirnya setelah menjenguk ibunya yang sakit, Leonardo memutuskan untuk pergi mencari mereka. Di perjalanan, Ia melihat Nichole yang sedang duduk termenung membelakangi koridor di bawah pohon oak, tempat dimana mereka sering menghabiskan waktu saat masa kanak-kanak dulu. Ia pun segera menghampirinya.
Leonardo         : Hai Nichole
(Sapa Leonardo sambil menepuk pundak Nichole)
Nichole            : Ya Tuhan, Leo… Hai. Aku sangat merindukanmu. Dasar! Kau tahu aku sangat mengkhawatirkanmu selama ini. Kau pergi tanpa ada kata perpisahan, bahkan adikmu sendiri tidak tahu. Lalu kau menghilang tanpa kabar. Aku tak bisa berhenti memikirkanmu. Kau tak tahu bagaiman rasanya ditinggal oleh orang yang sangat kau cintai.
                        (Leonardo terkejut bahkan Nicholepun tampak kaget dengan apa yang ia katakan tadi, dan Nicholepun terdiam namun Leonardo berusaha untuk tetap tenang dan ceria)
Leonardo         : Maafkan aku adikku. Ternyata kepergianku selama 5 tahun tak membuatmu berubah. Masih saja ceriwis seperti dulu. Aku juga sangat merindukan kalian. Hey, kenapa duduk sendirian di sini? Mana ibumu adikku? Dari tadi aku tak melihatnya sama sekali. Begitu sibukkah dapur istana?
Nichole            : Tak tahukah kau kakakku bahwa ibuku sudah tak bekerja lagi di istana?
Leonardo         : Apa?
Nichole            : Iya.
Leonardo         : Bagaimana mungkin itu bisa terjadi? Ibumu adalah teman baik Ratu.
Nichole            : Begitulah kak. Akupun tak tahu mengapa itu bisa terjadi. Ibu juga merahasiakan ini dariku.
Leonardo         : Suatu saat pasti kita akan tahu. Sudahlah adikku, semua akan baik-baik saja. Percaya padaku. Janji jari kelingking?
Nichole            : Janji jari kelingking.
                        (Mereka berdua tampak begitu dekat. Namun di kejauhan, Orlando mengamati lekat-lekat apa yang dilakukan oleh mereka. Wajahnya memanas dan langsung pergi meninggalkan siluet Leo dan Nichole dengan amarah.)


(Act 18)

Narator            : Setelah bercengkrama cukup lama dengan Nichole, Leonardo memutuskan untuk menemui adikya. Meskipun ia mengetahui bahwa Orlando bukannlah adik kandungnya, namun ia tetap menyayangi Orlando tanpa berkurang sedikitpun.
Leonardo         : Adikku…
Orlando           : Darimana saja kau?
Leonardo         : Aku dari negeri yang menghidupkan hidupku.
Orlando           : Begitukah? Dasar egois!
Leonardo         : Kau marah denganku?
Orlando           : Menurutmu?
Leonardo         : Ayolah Orland. Aku janji akan ceritakan semuanya padamu atas kepergianku.
Orlando           : Aku tak butuh. Aku tak peduli lagi masalah itu.
Leonardo         : Lalu? Mengapa kau tak menyukai kedatanganku ke istana ini?
Orlando           : Tak apa-apa. Setidaknya aku sudah mengetahui kebenaran.
Leonardo         : Kebenaran apa?
Orlando           : Kebenaran tentang sebuah cincin.
Leonardo         : Aku tak mengerti.
Orlando           : Sudahlah. Aku banyak urusan.
Leonardo         : Baiklah jika aku mengganggumu.
Orlando           : Sekarang aku mengerti mengapa tak pernah kau lepaskan cincin itu. Dari cara kau memandangnya dan memandangku begitu berbeda. Dari senyumanmu terhadapnya. Ternyata orang lain yang kau maksud itu adalah kakak angkatku, Nichole. Aku tak menyangka akan sesakit ini menerimanya.
(Bisik Orlando dalam hati seraya melangkah meninggalkan Leonardo).


(Act 19)

Narator            : Leonardo beranggapan bahwa perilaku adiknya atas kepergiannya tanpa pamit adalah wajar karena ia sangat mengetahui tipikal Orlando yang jika dikecewakan akan marah. Namun ia yakin bahwa tidak lama lagi kemarahan Orlando akan mereda. Padahal yang sebenarnya terjadi Orlando marah dikarnakan kisah percintaan segitiga yang terjadi diantara mereka. Tapi hal ini tidak disadari oleh Leonardo. Ia malah berencana untuk melamar Nichole. Leonardo sangat yakin,Nichole akan menerimanya karena saat pertemuan Leo dan Nichole di bawah pohon oak, tanpa sengaja Nichole telah mengungkapkan perasaannya yang sebenarnya sama seperti apa yang dirasakan Leonardo selama ini kepada Nichole. Niat inipun ia ampaikan kepada ibunya,di samping itu ia juga merasa sangat penasaran dengan penyakit yang diidap oleh ibunya.
Leonardo         : Ibu… aku ingin bicara.
Stephanie        : Bicaralah putraku. Ada apa?
Leonardo         : Sejak kapan ibu sakit? Aku rasa dari dulu ibu tak pernah mempunyai  penyakit apapun.
Stephanie        : Ibu juga heran anakku. Tiba-tiba ibu menjadi sangat lemah.
Leonardo         : Jika ini dikarnakan letih, tak mungkin selama dan separah ini. Akupun sudah bertanya dengan tabib istana sebenarnya ibu tak punya penyakit yang serius. Tapi tabib hanya bilang bahwa ada yang salah dengan pencernaan ibu. Apakah ibu salah makan? Makanan apa yang terakhir ibu makan sebelum sakit?
Stephanie        : Mmm… terakhir yang ibu makan adalah kue pie buatan adikmu.
Leonardo         : Lalu, apa yang salah? Mungkin saja, semua ini dikarnakan efek dari beberapa tahun yang lalu. Ibu kan suka wiski.
Stephanie        : Mungkin saja anakku.
Leonardo         : Ibu, boleh aku bertanya sesuatu?
Stephanie        : Silahkan putraku.
Leonardo         : Salahkah jika aku jatuh cinta?
(Stephanie tersenyum melihat anaknya)
Stephanie        : Tentu saja tidak Leo. Cinta adalah anugrah dari Tuhan. Itu adalah hakmu untuk dicintai dan mencintai.
Leonardo         : Jika begitu, bolehkah aku jatuh cinta kepada Nichole, ibu?
Stephanie        : Apa?
(Stephanie tampak sangat terkejut mendengar penuturan dari Leo)
Leonardo         : Iya ibu. Apakah itu salah?
Stephanie        : Tentu saja salah.
Narator            : Akhirnya, Stephanie pun menceritakan semuanya kepada Leonardo tentang siapa dia dan siapa Nichole sebenarnya. Tentang kenyataan bahwa mereka adalah saudara sedarah, satu ayah dan lain ibu. Leonardo terlihat tidak bisa mempercayai ini semua. Ia mengetahui bahwa ia adalah anak dari Ratu Stephanie dengan Dimitri, ayah Nichole. Hal itupun berlanjut dengan cerita mengapa Liliana diusir dari istana. Semua Terbongkar. Tak ada lagi rahasia di antara Leo dan ibunya. Namun sayang, tanpa mereka sadari, di balik pintu kamar Stephania, Namira telah mendengar percakapan mereka. Ini menjadi senjata ampuh baginya untuk mendapatkan tahta di Kerajaan Cressenthenge. Akhirnya, Namira menemui Orlando untuk membalikkan fakta mengenai kisah cinta Orlando, Leonardo dan Nichole untuk membuat Orlando semakin membenci Leonardo.
Orlando           : Apa?
Namira                        : Untuk apa aku berbohong?
Orlando           : Tidak mungkin bibi. Dan mereka akan menikah?
Namira                        : Kemungkinan besar iya.
Orlando           : Aku tak bisa percaya ini. Aku harus bertemu ibu untuk menggagalkan rencana ini.
Namira                        : Orlando, semua itu percuma. Kau tahu bagaimana ibumu, bukan? Ia pasti telah merestui.
Orlando           : Tapi… aku… bibi, sungguh aku sangat mencintai Nichole.
Namira                        : Kau percaya padaku?
Orlando           : Tentu saja bibi, sepenuhnya.
Namira                        : Biarkan aku menyelesaikan semuanya. Tenangkan saja dirimu
Orlando           : Tapi aku harus bertemu Leonardo.
Namira                        : Jangan sekarang! Aku tak ingin melihat kalian berkelahi.
Orlando           : Baik bibi. Terima kasih. Aku sangat berhutang budi padamu.

(Act 20)
Narator            : Sudah 3 hari, Leonardo dan Orlando tidak bertegur sapa. Hal ini menjadi beban pikiran Leonardo,penyakit yang diidap oleh ibunya serta keterkejutannya yang masih dirasakan atas semua pernyataan dari ibunya. Leonardo ingin menceritakan semua ini kepada Orlando, karena ia tak mampu menyimpannya sendiri. Akhinya Leonardo memutuskan untuk mencari Orlando.
Leonardo         : Orland.
Orlando           : Kebetulan aku ingin bicara.
Leonardo         : Bicaralah terlebih dahulu.
Orlando           : Tidak. Kau saja.
Leonardo         : Baiklah. Kapan terakhir kau membuat pie adikku?
Orlando           : Sudah lama. Sebelum ibu sakit.
Leonardo         : Dengan siapa kau membuatnya?
Orlando           : Apakah itu penting?
Leonardo         : Tentu saja. Ini menyangkut ibu.
Orlando           : Dengan Bibi Namira.
Leonardo         : Ooh… mungkin ini hanya prasangka aku saja. Mana mungkin. Sekarang giliranmu.
Orlando           : Baiklah, benarkah kau akan melamar Nichole?
Leonardo         : Darimana kau tahu? Aku bahkan baru akan menceritakannya.
Orlando           : Benar dugaanku. Itu tidak penting darimana aku tahu.
Leonardo         : Aku akan jelaskan semua.
Orlando           : Sudahlah.
Leonardo         : Ada apa denganmu? Mengapa kau seperti ini?
Orlando           : Apa urusanmu?
Leonardo         : Jelas ini urusanku.
(Orlando berlalu begitu saja dihadapan Leonardo)
Leonardo         : Tunggu, land…
Narator            : Leonardo mengejar Orlando yang berlari begitu saja. Ia menyusuri koridor panjang istana hanya untuk menjelaskan kepada Orlando yang sebenarnya. Leo tidak mengerti apa yang terjadi pada Orlando atas perubahan sikapnya. Dan pada perempatan koridor utama Leonardo kehilangan jejak Orlando. Ia memutuskan untuk menyusuri istana bagian utara, ia ingin menemui Namira untuk membicarakan masalah mengenai Orlando ini. Namun tiba-tiba langkahnya terhenti pada dapur istana utama. Dilihatnya Namira yang sedang sibuk menaruh sesuatu seperti cairan bening pada semangkuk pie bluberry. Pie kesukaan ibunya. Ia memperhatikan dengan lamat dan membiarkan bibinya sibuk akan aktivitasnya itu. Lalu, ia memutuskan untuk pergi.

(Act 21)

Orlando           : Ibu… Ibu… Bangun ibu. Ibu, tolong buka matamu ibu. Ibu… TOLONG! TOLONG! BIBI NAMIRA! Ya Tuhan… Ibu, jawab aku…(Orlando terisak)
Leonardo         : Ada apa, Orlando? Apa yang terjadi? Mengapa kau berteriak seperti itu hingga aku bisa mendengarmu dari luar sana.
Orlando           : Ibu, kak. Ibu…
Namira                        : Ada apa ini?
Orlando           : Bibi, ibu tidak bangun. Padahal tadi, baru saja aku memberikan pie kesukaan ibu. Karena ibu yang menyuruhku untuk membuatnya.
Namira                        : Ya Tuhan… Bagaimana ini bisa terjadi?
Leonardo         : Panggil tabib sekarang!
Narator            : Suasana semakin mencekam. Semua menajdi panik. Mereka membiarkan tabib untuk memeriksa keadaan Ratu Stephanie. Setelah menunggu beberapa lama, akhirnya tabib keluar dari kamar ratu dengan wajah yang begitu menyiratkan kesedihan. Malang, ratu sudah tak tertolong lagi. Ratu Stephanie telah pergi menyusul Raja Basco dan Horatius. Semua berduka.


(Act 22)

Narator            : Ratu Stephanie telah dimakamkan. Suasana Istana terlihat berbeda tanpa kehadiran Sang Ratu yang bijaksana itu. Orlando menyampingkan egonya kepada Leonardo. Hubungan diantara mereka mulai membaik. Mereka sering terlihat berdua dan telah membuka diri untuk bercerita apa yang banyak terjadi dan tidak diketahui oleh satu sama lain. Dengan keberaniannya, Leonardo menceritakan apa yang ia lihat sebelum kematian Ratu Stephanie. Ini semua mengenai Namira. Kata demi kata dipilih secara baik oleh Leonardo untuk menyampaikan apa yang ia lihat. Orlando tak menyangka, namun mereka tidak mau berburuk sangka. Akhirnya mereka memutuskan untuk mencari tahu kebenaran dari ini semua. Mereka akan memeriksa kamar dan seluruh tempat yang sering dikunjungi Namira. Mereka mengajak Nichole untuk bekerja sama mencari apa yang sebenarnya disembunyikan oleh Namira.
(Di kamar Namira)

Leonardo         : Aku tidak menemukan apapun di sini. Bagaimana denganmu?
Orlando           : Sama.
Nichole            : Semuanya… Apa ini?
(Nichole memegang botol kecil bercairan bening)
Leonardo         : Dimana kau menemukannya?
Nichole            : Di sini. Di dekat tempat sampah ini.
Orlando           : Kau tahu benda itu Leo?
Leonardo         : Iya. Aku tahu. Ini adalah benda yang dicampurkan oleh bibi ke pie mu, land.
Orlando           : Benarkah?
Nichole            : Lebih baik kita pergi dari sini. Aku takut ada yang melihat. Ambil saja botol itu. Kita akan memeriksanya nanti.
Orlando           : Kalian keluar saja duluan. Aku masih ada urusan di sini.
Leonardo         : Baiklah.
Narator            : Mereka berjalan begitu tergesa. Akhirnya mereka berhenti di bawah pohon oak, tempat kesukaan mereka. Leonardo mulai mengamati botol  itu, ia membukanya. Dikerahkan semua ilmu yang ia dapatkan saat belajar tentang ilmu pengobatan di Paris dulu.
Leonardo         : Aku tahu bau ini.
Nichole            : Apa itu kak?
Leonardo         : Bisa ular laut mati. Ini sangat berbahaya. Akan membuat orang yang terkena ini menjadi mati secara perlahan. Dan sangat sulit untuk dideteksi bila keracunan bisa ini. Aku tak percaya.
Nichole            : Jadi maksud dari ini semua? Mana mungkin Bibi Namira setega itu. Kita harus tanyakan ini padanya.

(Act 23)
Narator            : Namira begitu sibuk dengan semua permasalahan pemerintahan di kerajaan. Ia sebagai penanggung jawab sementara untuk saat ini, dikarenakan Orlando belum mengkonfirmasikan tentang kesiapannya menjadi Raja baru. Namun, hal itu tidak menyurutkan Leonardo, Orlando dan Nichole untuk mengetahui kebenaran dari peristiwa yang terjadi akhir akhir ini . Mereka berjanji untuk bertemu Namira dan Namira menyetujuinya.
Leonardo         : Maaf bila kami mengganggu waktu bibi
Namira                        : Kalian adalah keluarga bibi, mana mungkin kalian menganggu. Ada apa?
Orlando           : Kami merasa ada yang bibi sembunyikan?
Namira                        : Bibi selalu terbuka dengan kalian. Bibi tidak menyembunyikan apapun.
Nichole            : Lalu apa ini, Yang Mulia? (mengacungkan botol)
Namira                        : Apa itu? Aku tidak tahu.
Leonardo         : Jangan mencoba untuk mengelak. Kau mencoba membunuh ibuku bukan? Apa maumu Namira? Kau punya segalanya. Semua orang patuh dan percaya padamu. Lalu apa yang kau inginkan sebenarnya?
Namira                        : Kalian bicara apa? Aku tak mengerti.
Leonardo         : Aku melihatmu mencampurkan ini ke makanan ibuku. Kau tak bisa membohongiku. Aku tahu itu racun.
Namira                        : Mana mungkin aku melakukan itu.
Orlando           : Munafik! Aku tahu semua kelicikanmu.
Namira                        : Apa maksudmu?
Orlando           : Ini! (Orlando memegang sebuah buku harian klasik)
                        Aku sudah membaca semuanya.
(Leonardo & Nichole tampak kaget, tak terkecuali Namira)
Orlando           : Mulai dari kau mencintai Ayahku dan cemburu kepada ibuku hingga kau mencoba untuk membunuh ibuku.
Leonardo         : Jadi begitu, kau ingin melampiaskan amarahmu pada ibu, atas pernikahan ayah dan ibu, yang telah lama berlalu itu, sekaligus kau ingin mengmbil tahta kerajaan Cresenthenge ini, BEGITU…..?

Narator            : Namira hanya tertunduk diam, semua menjadi jelas setelah Namira mengakui semua kesalahannya.kehidupan di istana menjadi kembali damai setelah Namira keluar dari pemerintahan istana dan dipenjara serta kemudian digantikan oleh Leonardo, dan perdana menteri Orlando. Seiring berjalannya waktu Nichole sadar bahwa ia sangat tidak mungkin untuk tetap terus mencintai Leonardo, yang tak lain adalah saudaranya sendiri. Hingga tanpa ia sadari bahwa ada benih cinta lain yang tumbuh dihatinya ketika ia lebih sering menghabiskan waktu bersama Orlando. Lamaran di utarakan, hingga akhirnya menikahlah Orlando dengan Nichole, yang cukup membuat seisi istana menjadi sangat kaget sekaligus bahagia mendengar kabar tersebut, mendengar kabar tersebut Leonardo sangat senang mendengarnya, dan segera melaksanakan acara pernikahan antara Orlando dan Nichole. Menutup lembaran kisah buram yang baru saja terjadi di lingkup pribadi istana itu sendiri.



THE END