Kamis, 22 Mei 2014

Membaca: Menjelajah Masa

Saya membaca, dan terus membaca untuk tahu bagaimana caranya menulis. Saya bukan lagi anak kecil yang hanya menulis apa yang didiktekan guru di depan kelas. Saya menulis hal-hal yang saya cari sendiri, saya bongkar sendiri, saya telusuri sendiri. Belakangan ini saya suka membaca karya-karya orang dewasa, penulis angkatan ayah saya. Saya mencoba mengembangkan pengetahuan, dari yang paling dekat hingga paling jauh dengan saya.

Barusan saya selesai membaca tulisan mengenai Joesoef Isak atau dikenal juga dengan sebutan Joesoef Merdeka karena eksistensi beliau di koran Merdeka masa itu. Berkat tulisan itu pula saya mengetahui lebih banyak mengenai BM Diah, wartawan senior yang sering saya dengar namanya. Tadi pula saya baru tahu ternyata beliau telah meninggal satu tahun setelah kelahiran saya di Bumi Indonesia ini. Beberapa hari lalu saya juga baru selesai membaca novel fiksi berbasis riset dengan setting waktu seabad lalu ketika Indonesia masih dalam genggaman pemerintah kolonial. Novel cinta yang sangat manis dituturkan Remy Sylado dalam Malaikat Lereng Tidar. Apik sekali.

Mengenal penulis tua berarti menjelajahi sejarah. Sudah jadi rahasia umum bahwa penulis menulis berdasarkan keadaan zaman ketika ia hidup dan berkembang. Gaya penulisan dan topik bahasannya sangat dipengaruhi perkembangan zaman. Penulis angkatan saya sekarang mungkin melebarkan sayapnya dalam tema cinta, hal yang sangat lekat dengan remaja, meski dulu cinta merupakan hal tabu dan menjadi bahasan di cerita denga tokoh berusia diatas duapuluh tahun. Saya mungkin bosan dengan cerita-cerita picisan yang terlalu sering berkumandang di sekitarku. Jengah, mungkin.


Jadi sekarang saja mau menjelajah lagi. Setelah lelah dengan masa kini, saya ingin pergi ke masa lalu. Masa ketika pers masih sulit bergerak, dililit tekanan pemerintah, digencet zaman.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar