Jumat, 01 Desember 2017

Bayangan Pertama yang Kulihat

Sepi. Rumah besar ini terlalu sepi, sama sekali tak ada suara yang terdengar sejak aku terbangun di kamar ini. Sekali lagi, aku mengendap-endap mencari dalam gelap, meraba setiap bagian dinding yang bisa kujangkau, tetapi masih tak kutemukan saklar lampu. Pun benda-benda lain. Rasanya sudah hampir satu hari aku terkurung dalam ruangan kecil berbau lembab ini. Aku tak bisa memperkirakan ukurannya tapi aku yakin ruangan ini bukanlah tempat tinggal seseorang. Hanya ada selembar tikar plastik di salah satu sisi ruangan, tempatku terbangun pertama kali. Tak mungkin ada manusia yang bisa bertahan dalam tempat sesempit dan segelap ini, kecuali ia merupakan titisan dari siluman kecoak. Akan tetapi, tinggal dalam kegelapan selama berjam-jam membuat mataku mulai terbiasa dengan cahaya yang sedikit menyelinap dari bawah pintu.

Aku mencoba mengingat apa yang terjadi sebelum aku tak sadarkan diri, tapi tak ada yang bisa kukenang selain sosok tinggi besar yang membukakan pintu untukku tadi pagi. Seorang lelaki, sepertinya. Dengan bekas luka bakar di tangan kanannya yang ia gunakan untuk menarik kenop pintu. Seraut wajah penuh ketakutan menatap lurus ke arahku dengan mata kanan yang tak bisa terbuka sempurna akibat kontraktur di kulit wajahnya. Aku tahu ia butuh pertolongan. Namun, setelah itu semua menjadi gelap dan selanjutnya aku terbangun sendirian dalam ruangan gelap ini.

Aku terduduk di belakang pintu sambil memeluk kedua kakiki. Belum dapat memutuskan apakah aku harus berteriak meminta pertolongan atau sekadar mengetuk pintu itu dari dalam berharap lelaki tadi akan membukakannya untukku sekali lagi. Aku berpikir -dan berpikir- hingga akhirnya rasa lapar dan dahaga membuatku menyerah. "Tok..tok.." perlahan aku mengetuk pintu yang berada di hadapanku. Aku tak meraba adanya engsel di bagian dalam pintu ini, jadi tentunya pintu ini tidak dibuka dengan mendorongnya ke dalam sehingga aku tak perlu takut terluka dihantam daun pintu meskipun ia terbuka tiba-tiba.

Samar kudengar suara kaki yang melangkah terseret. Semakin lama suara itu semakin jelas dan keras hingga akhirnya cahaya dari bawah pintu menghilang sama sekali. Aku tahu ia berdiri di hadapanku.

"Siapa disana?" Aku mencoba memulai pembicaraan. Hening. Tak ada balasan. "Aku lapar.." ucapku lirih dan penuh kesungguhan. Sekali lagi tak ada jawaban. Lalu kudengar lagi langkah terseret itu menjauhi ruangan ini.

Sekian waktu berlalu, aku putus asa.  Indera pendengaranku menumpul seiring hilangnya harapanku. Sekali lagi sosok besar itu berkelebat di benakku, masih dengan wajah penuh rasa takut. Aku mendorong pintu itu. Kemudian yang kulihat hanyalah kilatan putih yang terangnya seakan bisa membutakan mataku.

Dia berada di sana, di ujung cahaya terang ini. Sosok lelaki tinggi besar dengan luka bakar di lengan kirinya. Seraut wajah penuh ketakutan menatap lurus ke arahku dengan mata kiri yang tak bisa terbuka sempurna akibat kontraktur di kulit wajahnya. Ia duduk dengan memeluk kedua kakinya di dalam ruangan gelap. Dan sekali lagi aku hilang kesadaran.

______________________________
Soulscape is a 30 days online writing project. To join please contact to stardust-glitteryhoe or rainbowsmoke16 on Line
#SoulscapeDecember2017 #SoulscapeDay01 #WhenIFirstLaidMyEyesOnYou

Tidak ada komentar:

Posting Komentar