Kamis, 20 Desember 2012

BirthdaySurprise 2


*ini tulisan lama yang baru sempat saya post kemari*

25 November, sohibku terlahir delapan belas tahun yang lalu. Kami adalah sahabat dekat sejak hitunglah semester keempat di sekolah menengah atas. Yah, meskipun tiga semester sebelumnya kami  berada di kelas yang sama, keadaannya berbeda. Kedekatan kami semakin intens sejak mendekati ujian, cerita demi cerita mengalir begitu saja, sengaja maupun tanpa sengaja. Kami seperti dua orang yang awalnya sama sekali tidak saling mengenal, yang tiba-tiba menjadi tong sampah masing-masing hanya karena sebuah sepeda onthel. Aku dan dia duduk bersama di satu sepeda, menelusuri jalan dari sekolah ke asrama, karena suatu dan lain hal.
Cukup prolognya, kembali ke BirthdaySurprise. Hari ini, 25 November, seperti yang kujelaskan diatas, adalah ulang tahunnya yang kedelapan belas. Seperti sebelumnya, sejak berhari-hari yang lalu tentunya kami telah berencana untuk membuat rencana demi memberikan kejutan kecil untuknya. Tapi apalah daya, rencana hanya akan menjadi rencana jika tak pernah disinggung lagi. Pada akhirnya kami sama sekali belum merencanakan apa pun hingga tadi siang Ekki menyinggung dengan kalimat “Hari ini George ultah, kasih apa niih?”. Itu pertanyaan yang sangat ‘dalem’ sobat. Aku memang ingat, dari semalam sepulang Makrab sekitar pukul 23.47, setelah aku menyelesaikan semua ritual sebelum tidurku aku sudah berencana mengirimkan pesan singkat untuknya. Dan rencana tetaplah rencana. Aku terlelap sebelum sempat mengetikkan apa-apa.
Dan supernya lagi, hari ini Abang tidak standby dirumah. Ia mengikuti outbond sejak pagi hingga sore. Di dalam kalimat diatas terkandung maksud, “Aku ga mungkin ke kosan George kalo ga sama Abang, sementara Ekki boncengan ama Lidya, atau sebaliknya Lidya juga ga mungkin ikutan kalo aku ama Ekki. Akan tetap ada yang dikorbankan”. Akhirnya dengan bermodal nekat, aku menjanjukan diri untuk membujuk Abngang supaya bersedia menemaniku membeli kue setelah ia mengikuti outbond. Dan voilla, (tentu saja) ia setuju!
Sore tadi sekitar jam setengah lima, Abang langsung menyuruhku bersiap-siap. Sama sekali tanpa sempat memasukkan motornya kedalam pagar kosanku, kami langsung ‘cabut’ ke bakery. Hanya ada dua jenis kue disana yang ukuran dan harganya sesuai dengan kantong kami. Keduanya berdiameter sekitar 20 cm, bedanya satu berlapis krim coklat dan yang lain krim stoberi yang tentu saja berwarna merah jambu. Ngejek banget kalo kami memberikan kue pink itu pada George. Hahaha.
Begitulah awal mula perjalanan BirthdaySurprise hari ini. Cerita ini berlanjut malam harinya, ketika semua rencana utama dimulai. Ba’da Maghrib kami berempat langsung jalan ke kosan George. Manis bukan? Cerita sebelumnya kami mengatur cerita agar kami bisa mengucapkan selamat ulang tahun pada Ekki yang baru bangun tidur. Kali ini kami berencana mengucapkannya pada George yang tidak tahu apa-apa dengan pengorbanan kami jauh-jauh dari Madang ke Bukit, demi dia J
Tapi semua berubah sejak Negara Api menyerang! Tak lama setelah kami memarkir motor di sepan kosannya, ketika aku dan Lidya turun dari motor dan brsembunyi di balik pagar untuk membuka kotak kue dan memasang lilin tiba-tiba George keluar dari dalam kosan bersama dua temannya. Ini kejutan ulang tahun terkonyol yang pernah kusaksikan seumur hidup, dengan aku sebagai tokohnya. Rusak semua rencana kami karena sang tokoh utama, George, dengan wajah tanpa dosa muncul dari dalam (it was one of the awkward moment tonight). Selanjutnya George meminta kedua temannya pergi duluan dan menemani kami. Lucunya lagi, George memasang lilin untuk kue ulang tahunnya sendiri! Sudahlah, salahnya sendiri tiba-tiba muncul sebelum dipanggil K
Okesip, sekarang kuenya siap. Tapi apalah artinya sebuah kejutan tanpa orang yang akan diberi. Akhirnya kami memaksa George masuk kembali ke kamarnya lalu berpura-pura tidak tahu apa-apa  (another awkward moment). Setelah itu kami berempat berpura-pura mengendap-endap lalu secara tiba-tiba menyanyikan lagu Happy Birthday dalam bahasa Korea, Negara kesukaan pujaannya. Seketika kami berlima larut dalam tawa geli melihat ekspresi ga banget George yang pura-pura syok. Malam ini sangat membekas, setidaknya untukku.
Lilin ditiup, api mati, aku langsung menyambar ceri pertama. Abang berikutnya, dst. aku tidak terlalu memperhatikan karena asyik memasukkan krim yang dioleskan di sekujur kue kedalam mulutktu, yang kuingat Lidya memakan ceri terakhir sebelum kami berfoto dengan kue yang gersang tanpa merah-merah lagi. Hahaha. Suapan kue pertama ditujukan pada pujaannya, cinta sebelah tangannya, diabadikan dalam foto George menyuapi angin kosong. Hahaha. Kasihan. Suapan kedua jatuh pada… aku! Katanya itu untuk teman curhatnya. Manis sekali, tentu saja karena itu aku. Ketika ia menyuapiku, tentu saja aku mau difoto, Lidya bergerak dan ternyata hasilnya tidak pas sementara kue sudah masuk dalam mulutku. Maaf, aku sedang beruntung. Haha. Hal ini membuatku dapat potongan selanjutnya, lagi. Suapan ketiga jatuh kemulutku lagi, yummy. Untungnya hasil foto Lidya bagus, kalau tidak, aku (dengan senang hati) akan menghabiskan sepotong besar kue itu. Hahahaha. Potongan-potongan lainnya satu per satu masuk kedalam perut kami berlima, melalui mulut tentu saja.
Kue kali ini terasa lebih enak disbanding kue sebelumnya, padahal keduanya kami beli di bakery yang sama. Mungkin karena ketika malam hari kami sangat lapar dan di pagi hari mulut kami yang belum sikat gigi itu belum siap menerima potongan kue yan terlampau manis. Ah, siapa peduli. Yang penting makan! Sisa malam itu kami lanjutkan dengan bernostalgia hingga jam tangan sudah hampir mengarah ke jam sembilan.
By the way, selamat ulang tahun sobat! Semoga semua semoga yang terucap hari ini tak hanya sekadar menjadi semoga. Aamiin… You’re one of a kind, Bro. satu dari sekian orang yang beruntung bisa ditempatkan dalam lingkaran sahabatku J

Tidak ada komentar:

Posting Komentar