Kamis, 20 Desember 2012

Mereka Semua dan Refleksi Diri

Ya, ini cerita tentang kekaguman seorang saya kepada orang-orang yang menganggap diri mereka istimewa. Bukan, tulisan ini tertulis bukan karena saya iri pada mereka. Sungguh, jangan berpikiran seperti itu.

Saya mengagumi mereka, semuanya, satu per satu bagian mereka. Saya mengagumi mereka karena mereka sungguh mampu bertindak selaku kakak yang hebat maupun sebagai adik yang lembut dan penurut. Mereka berbakat, atau jika pun mungkin mereka ternyata tak punya bakat, mereka sungguh pejuang yang hebat. Saya sungguh percaya itu. Mereka mampu menggoncang dunia dengan kemampuan mereka, kecerdasan mereka, kepribadian mereka, serta kepiawaian mereka mengolah kata secara lisan atau tulisan. Tak salah jika mereka menjadi sedemikian istimewa.

Mereka semua sama walau berbeda. Tekad baja selalu mereka bawa kemana pun mereka melangkah. Kepercayaan diri mereka tak perlu diragukan lagi. Itulah yang mampu membuat bintang mereka menyala terang, membawa cahaya dalam kehidupan mereka yang tak mengenal karang. Tak ada yang mampu menghentikan langkah mereka. Mereka percaya diri, optimis, dan pantang menyerah. Mereka mafhum bahwa semua pasti ada sisi positifnya. Kegagalan di suatu tempat berarti terbukanya jalan ke tempat lain, tak pernah ada jalan buntu dalam kamus mereka. Yang perlu adalah berusaha lebih keras melawan segala tantangan yang terhampar di sepanjang perjalanan.

Saya pernah dekat dengan satu dari mereka. Orang itu sungguh pernah menjadi panutan saya selama sekian tahun lamanya, hingga kini pun masih. Tapi saya tahu, saya terlalu rendah diri. Ternyata penyakit yang saya kira sudah berhasil saya enyahkan itu masih menyisakan akarnya untuk bercokol di suatu sudut tak terjamah dalam hati saya. Saya masih saja merasa bahwa saya masih belum cukup istimewa untuk mampu bersanding, melangkah bersama mereka. Saya belum mampu meninggikan kepercayaan diri saya, mungkin inilah salah satu faktor yang membuat saya belum istimewa. Seorang yang istimewa tak akan pernah merendahkan dirinya sendiri.

Saya sungguh paham, saya harus berubah. Saya butuh suntikan. Saya butuh pecutan untuk mampu sedikit demi sedikit merangkak maju. Saya merindukan saat-saat dimana bintang saya kembali bersinar terang. Saya butuh tempat dan waktu untuk itu. Dan Tuhan dengan kuasaNya telah memberikan itu pada saya, tinggal seperti apa saya menyikapinya. Saya akan berusaha memanfaatkan nikmatNya dengan sebaik-baik kemampuan saya.

Hidup ini pilihan, ujar mereka. Hidup hanya akan berjalan sesuai apa yang kita pilih. Tuhan menetapkan akhir, tapi manusialah yang memilih jalan mereka. Tak ada yang mampu merubah nasib suatu kaum jika bukan kaum itu sendiri, sebagaimana tertulis dalam Al-Kalam. Jadi berjalanlah, perhitungkan langkahmu sebaik-baiknya, lalu percayakan semua pada Tuhan. Maka tuhan akan selalu menunjukkan yang terbaik bagimu. Walau terkadang, yang terbaik menurut Tuhan belum tentu sama dengan yang kita inginkan. Percayalah, Tuhan akan selalu menyayangi hamba-Nya, bahkan meskipun mereka lupa padaNya. Gantungkanlah semua do'a dan harapan hanya padaNya, maka Ia juga akan mendengar do'amu dan akan menjawabnya dengan tiga pilihan jawaban : 'ya', 'tidak', atau 'nanti'. Maka, bertawakkallah!

Tidak ada komentar:

Posting Komentar