Kamis, 20 Desember 2012

Menulis, Menggambar, Hingga pada Suatu Kesepakatan

Semua bermula dari keisengan seorang teman yang meminta saya menuliskan satu nama hewan untuk di-summon jika saya mampu. Tentu saja dengan amat ringan saya akan menjawab : KUCING. Dari zaman dahulu kala saya memang sangat mencintai spesies Felis domesticus ini. Namun ternyata, reaksi yang muncul dari teman saya adalah kalimat, "Jiiaaaah... Sebanyak-banyak itu hewan liar yang gagah, kamu malah milih hewan peliharaan???". Ya wajarlah kalau saya menjawab seperti itu, toh dia sendiri hanya meminta saya menuliskan satu nama hewan tanpa menjelaskan maksudnya. Ternyata eh ternyata, yang ada dalam pikirannya adalah citra hewan yang akan di-summon untuk melawan musuh besar yang sangat mampu mengancam kesejahteraan dunia *baiklah, ini memang saya lebih-lebihkan untuk menambah efek dramatis*. Dan dia kembali meminta saya memberikan rekomendasi hewan buas, selain singa, elang, dan ular. Jujur saja, saya memang mendambakan singa sebagai hewan idaman, yang kuat, gagah, berwibawa. Namun, saya tak pernah sekalipun mengidolakan elang, apalagi ular. Citra kedua hewan itu cukup kelam di mata saya.

Akhirnya saya menjawab permintaannya dengan kalimat, "Sebenernya aku mau singa, tapi karena terbatas aku pilih cheetah aja deh", yang dijawab dengan "Waw... Oke tuh!!". Menurut saya itu respon yang sangat baik, untuk jawaban dari pertanyaan yang saya sendiri tak tau apa fungsinya. Setelah saya tanya-tanyai, nona muda itu menyampaikan sebab musabab ia menanyakan hal itu pada saya adalah karena ia sedang mencari inspirasi untuk objek gambarnya. Pernyataannya itu adalah pelatuk yang menembakkan efek 'ember' muncul dari mulut saya. Saya pun berkoar tentang kegiatan saya yang sama sekali tidak menyentuh catatan, textbook, maupun slide presentasi yang disampaikan dosen di kelas tadi. Padahal delaman minggu ke depan anatomi dan histologi menanti untuk disambangi. Dengan jujur dan senang hati saya berkata bahwa waktu saya malah dihabiskan untuk blogwalking, menjelajahi blog-blog milik anggota keluarga besar saya di asrama yang berhasil membuat saya menuliskan suatu catatan penuh rasa.

Ia lalu dengan segera mengakhiri perbincangan kami untuk membuka blog saya dan membaca catatan kecil (postingan sebelum ini) milik saya itu, kemudian melanjutkan percakapan yang kami lakukan melalui fasilitas chat Facebook. 

"Post yang paling baru ngomongin siapa tuh???", tanyanya.
"Itu tentang sekelompok orang yang aku kagumi sejak SMA dulu."
"Ngeliat kamu kyak gitu, aku juga pengen nulis jadinya. Tapi aku gak bakat. Hehe. Bakatnya ngegambar."
"Hehehe. Yaudah, niat nulisnya disalutin ke gambar aja, kayak yang biasanya kamu kerjain. Yang penting itu hatinya dulu, baru bida jadi karya yang bagus, apa pun bentuknya. Aku kok jadi bijak ya malam ini? Hahaha."
"Kadang ada sesuatu yang lebih baik dikiaskan dalam kata, kadang gambar, terkadang pula dalam animasi film pendek. Aku gak punya bakat mengembangkan kerangka pikiran kayak kamu, karena itu aku cuma bisa ngegambar, nggak nulis."
"Hm.. Dicoba aja sedikit-sedikit. Imajinasi kamu kan menurut aku berkembang juga, dari gambar itu pasti ada lah yang bisa diceritain, walaupun simpel, inti dari gambar itu pasti bisa jadi paragraf panjang kalo dijadiin tulisan."
"Yaudah kalo gitu, aku gambar, trus kamu yang bikin ceritanya. And vice versa!"
"Kedengerannya bagus. Haha. Nanti gantian, aku nulis, kamu yang ngegambar ilustrasinya."

Demikianlah akhir dari pembicaraan tidak jelas kami malam ini. Entah bisa jadi kenyataan ataupun tidak, semuanya urusan belakangan. Niat baik meskipun tak sempat terlaksana pun masih memperoleh pahala meskipun tak sebanyak jika ia dilaksanakan, kata suatu hadist. Saya percaya kami bisa menjadi lebih baik nantinya. Dan selalu percaya bahwa semua orang menjadi unik dan bermakna dengan segala kelebihan dan kekurangan yang dimilikinya, begitu pula kami. Tuhan pati sudah menggariskan satu atau lebih hal besar untuk kami hadapi dan kami dapati suatu hari nanti. Aku sungguh percaya :)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar